Bayangkan benda yang bila kita gosok dapat menjelma menjadi mengkilat bahkan mengeluarkan cahaya semacam batu permata atau yang dapat menjadi tajam karena kita asah semisal pisau.tetapi juga dapat menjadi sebaliknya,batu permata bisa kehilangan cahaya dan pisau dapat menjadi tumpul kalau semua kita biarkan teronggok begitu saja
Maka demikian dengan batin manusia.ia bisa teronggok tanpa makna dalam jiwa, buram tanpa identitas yang jelas bahkan lambat laun dapat menjadi mati.bila alam batin telah mati maka biasanya ego nafsu yang lebih dominan menguasai jiwa.mungkin masih dianggap 'sehat' oleh psikolog tapi jelas masuk kategori orang sakit menurut sudut pandang para ahli spiritual
Salah satu cara untuk membuat alam batin menjadi hidup kembali adalah dengan melakukan kontemplasi-semacam kegiatan introspeksi diri-merenung atau berfikir secara lebih mendalam,biasanya hanya dapat dilakukan dalam keheningan.ini beda dengan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan di lembaga lembaga pendidikan resmi secara berkelompok bahkan secara rame rame.sebab kegiatan spiritual seperti ini memang lebih bersifat pribadi
Berkontemplasi adalah membaca serta mengeluarkan fikiran fikiran yang tertanam dalam alam batin,dan bukan sekedar seperti bermain logika yang lebih dominan menggunakan isi kepala. Â bermain logika adalah permainan berfikir seperti bermain bola yang harus taat aturan aturan. dalam dunia ilmu logika terdapat seperangkat hukum berfikir yang harus ditaati-tidak bisa bebas sekehendak hati,hasilnya pun akan di acukan kepada prinsip rasionalitas untuk di ukur kadar kebenaran rasional nya.
Tetapi menelusuri isi alam batin itu seperti menyelam kedasar lautan terdalam dimana hukum hukum berfikir formal seolah sulit untuk menjangkaunya atau dengan kata lain kita tak bisa membawa serta menerapkan hukum formal kedalam kegiatan kontemplasi.tetapi bukan berarti berkontemplasi itu melepaskan diri dari wilayah epistemologi karena berkontemplasi itu pun merupakan bagian dari upaya manusia menjangkau kebenaran,hanya saja kebenaran yang lebih bersifat mendalam
Ber kontemplasi pun dapat merupakan kegiatan berfikir lebih lanjut-menuju tahapan yang lebih tinggi setelah manusia merasa puas menelusuri dunia alam empirik dengan dikawal seperangkat hukum serta rumusan saintifik.atau dengan kata lain,setelah jenuh bermain di wilayah fakta fakta serta logika logika untuk mencari bentuk kebenaran lain selain yang telah dirumuskan oleh hukum saintifik serta hukum logika sebagai kebenaran baku yang lalu di ajarkan secara resmi di lembaga lembaga pendidikan formal.dengan kata lain,ada kebenaran lain yang lebih bersifat pribadi,yang tidak ditemukan di dunia akademik dan hanya dapat ditemukan dengan jalan berkontemplasi
Sehingga terlalu fokus-orientasi kepada hal hal yang serba formal seperti yang biasa diajarkan di dunia pendidikan formal yang biasanya hanya mengakomodasi kebenaran kebenaran formal yang telah terangkum dalam rumusan rumusan saintifik serta logika formal itu bisa membuat alam batin kehilangan baik identitas maupun kekuatan daya jelajahnya
Dan hal penting yang harus diketahui terkait karakter alam batin adalah: bebas,fleksibel,otonom,mandiri, lebih luas, dan karenanya tidak secara langsung memihak kepada institusi atau golongan tertentu kecuali yang sudah diyakini sebagai kebenaran.karakter demikian menjadikan alam batin sebagai unsur yang tidak bisa di indoktrinasi atau 'di cuci otak'
Tetapi karakteristik seperti itu hanya dapat diketahui apabila manusia sudah bisa membebaskan batin nya dari belenggu belenggu yang menjerat atau memenjarakannya
Merefleksikan alam batin dengan menulis dan perlawanan  ego nafsu
Hal yang membuat batin menjadi buram-suram dan cenderung mati adalah dominan nya ego rasa nafsu.sebab itu bila ingin batin menjadi hidup adalah dengan cara menurunkan intensitas dominasi ego rasa nafsu atas diri.bila dominasi ego nafsu atas diri tetap mencengkeram maka batin akan menjadi terpenjara didalamnya dan hukum hukum ilmiah formal tak cukup untuk bisa membantu membebaskannya.perlu tekad,hasrat individu yang kuat untuk keluar dari penjara ego nafsu serta kungkungan hukum berfikir yang serba empiristik serta formalistik. dan yang lebih dari itu perlu tujuan spiritual yang lebih tinggi seperti hal hal yang bersifat teologis