Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Islam Liberal

28 Juli 2018   09:35 Diperbarui: 28 Juli 2018   11:16 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang saya suka menemukan hal yang aneh, ganjil dalam kehidupan ini tetapi itu seperti menantang pikiranku untuk meng analisis nya secara lebih jauh semisal kasus 'islam liberal' ini.tetapi saya harus mencari cara bagaimana agar bisa merekonstruksi permasalahan ini secara fundamental-dari dasar dengan konsep serta logika sederhana agar dapat difahami oleh semua kalangan

Gula pahit

Andai saya seorang pedagang gula dan saya menjualnya dalam bentuk kemasan dan lalu saya beri label dagangan saya itu 'gula pahit' dan menjajakannya dari kampung ke kampung sambil teriak 'gula pahit ... gula pahit' .. maka sudah dapat dipastikan orang pasti akan terheran heran dengan apa yang saya lakukan,mereka mungkin akan mengerenyitkan kening tanda tidak mengerti kalau tidak mengatakan saya tidak waras ... mengapa?

Karena semua orang tahu bahwa sifat gula itu manis sehingga bila lalu saya menyematkan kata 'pahit' sebagai pembungkus atau labeling gula maka orang akan melihat bahwa saya menyematkan label yang berlawanan 100 derajat dengan substansi gula dan lalu orang orangpun akan memvonis saya sebagai bersalah dan saya harus mengakui kesalahan andai setelah analisis mendalam membuktikan bahwa sifat gula itu memang benar manis

Nah sekarang bagaimana kalau ada yang membuat labeling 'islam liberal' atau melabeli-membungkus-mengemas islam dengan kata 'liberal' atau membuat ide-gagasan-pemikiran-filosofi-ideologi-isme dan lalu hasilnya diberi label 'islam liberal' lalu mencoba menawarkan idenya itu kepada orang orang islam. 

Maka apabila ada orang orang islam baik yang intelek maupun yang awam mengerenyitkan kening tanda merasakan suatu yang aneh-ganjil maka itu tak perlu heran.mengapa ?

Karena seperti substansi gula yang paralel dengan sifat manis dan kontradiksi dengan sifat pahit maka karakter islam sebagai agama itu berlawanan 100 derajat dengan karakter liberal. karena agama islam yang diturunkan Tuhan untuk membimbing manusia demi untuk keselamatannya di dunia dan akhirat itu tentu saja tidaklah diturunkan secara 'mentah' dengan dasar prinsip liberal-boleh  bebas sesuka hati ditafsirkan atau diperlakukan, melainkan sudah dikonsep matang sesuai yang menjadi tujuannya.

faktanya didalamnya berdiri seperangkat prinsip dasar-tata aturan-hukum-kaidah-postulat baku dan kenapa dibakukan..tentu agar tidak di otak atik lagi oleh rekayasa manusiawi. sedang sifat 'liberal' itu adalah sesuatu yang orientasi nya adalah kepada kebebasan sesuai makna kata 'liberal'.sehingga labeling atau penyematan kata 'liberal' terhadap islam itu wajar bila dicurigai kaum muslim sebagai suatu upaya  mendekonstruksi (meminjam istilah filsafat kontemporer) bangunan konstruksi agama yang ditegakkan oleh hukum-kaidah-tata aturan-prinsip yang telah ditetapkan Tuhan dan menggantinya dengan filosofi filosofi baru yang sesuai kehendak sekelompok manusia

Kesimpulannya karena makna 'islam' dan makna 'liberal' itu berlawanan maka mencoba menyatukan dua kata itu sebagai sebuah ide-gagasan ibarat mencoba menyatukan air dan minyak,sehingga gagasan 'islam liberal' tetap akan sulit masuk dihati orang orang dengan pemahaman terhadap agama yang lurus-rasional

Sepakbola liberal

Nah kita tahu bahwa sepakbola adalah sebuah permainan yang ditegakkan oleh hukum-tata-aturan baku-tidak relatif dimana dengan adanya aturan baku itulah permainan bola dapat dilakukan. nah lalu,bagaimana bila lalu ada yang memiliki ide meliberalkan sepakbola, mereka ingin mendekonstruksi semua aturan baku yang ada didalamnya.maka apa yang akan terjadi? yang akan terjadi adalah substansi sepakbola sebagai sebuah permainan akan hilang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun