Teori Darwin masih selalu menarik untuk diperbincangkan dan selalu menimbulkan polemik yang menarik untuk dibahas karena menimbulkan pro kontra disana sini baik dikalangan saintis sendiri maupun dikalangan publik yang bukan saintis murni.wajar kalau masalah ini jadi persoalan publik-menjadi bukan semata persoalan intern para saintis karena memiliki kaitan dengan keyakinan agama yang dipegang publik.
Sebagian menduga kalau persoalan ini sudah terkait dengan 'perang ideologi'. tetapi terlepas dari masalah terkait kepercayaan, uji materi terhadap masalah ini tentu harus tetap dilakukan,objektifitas harus tetap dikedepankan karena inti persoalan ini tetap saintifik bukan ideologis walau imbasnya merembet ke persoalan ideologis tentunya
...................
Nah sekarang bagaimana bila ada kalangan yang bukan saintis semisal kalangan agamawan; ulama-ustadz-pendeta ikut mengkritisi teori tersebut ? Dan wajar kalau mereka mengkritisi teori tersebut karena teori tersebut berbicara tentang asal usul manusia yang berbeda dengan deskripsi kitab suci dan hal itu jelas menimbulkan gesekan atau benturan pandangan yang tak bisa disembunyikan. Sehingga wajar pula kalau bahasan teori Darwin itu sering masuk kedalam materi dakwah.artinya beberapa orang membingkainya sebagai materi dakwah ... apakah itu suatu yang salah? Â
Menurut saya selama yang diungkapkan tidak keluar dari bingkai persoalan-masih bersesuaian dengan substansi yang dipermasalahkan,hal itu sah sah saja.soal apakah orang mau membingkainya dengan bingkai dakwah-politik-seni dlsb. maka itu hak mereka jangan sampai para pengusung teori Darwin malah terlalu mempersoalkan bingkainya dan tidak fokus pada substansinya atau pada essensi yang dipermasalahkan sehingga bila ada ulama berbicara masalah teori Darwin maka pandangan mereka malah dianggap hanya sebentuk 'pseudosains'. tuduhan demikian itu sebenarnya berasal dari fihak yang belum bisa memilah antara substansi permasalahan yang dibahas dengan bingkai yang digunakan orang ketika membahasnya karena seharusnya bingkai nya itu tak perlu terlalu dipermasalahkan lalu apalagi apabila substansinya misal malah tidak disentuh
Contoh,apa yang diungkap Harun yahya terkait teori Darwin itu substansinya benar atau tidak,mana yang substansinya benar dan mana yang dianggap tidak benarnya harus dikemukakan secara terperinci bila masih memiliki mental ilmuwan pencari kebenaran.jangan semua ditolak dengan alasan yang subyektif. sebab kecenderungan menolak semuanya tanpa kecuali-tanpa analisis benar-salah itu lebih kepada alasan emosional bukan alasan sainstifik.karena sifat sains itu bersifat terbuka.menyerang pengkritik dengan fokus menyerang orangnya-kepercayaannya itu bukan mentalitas ilmuwan sejati tetapi mentalitas orang yang gelisah dan ketakutan
Jangan malah mempermasalahkan unsur dakwah dibalik penjelasan Harun yahya itu yang itu adalah hak beliau untuk berdakwah atau tidak berdakwah. Jangan sampai malah mendeskreditkannya sebagai 'pseudosains' hanya karena dibingkai oleh dakwah sedang materi yang dibahas tidak dikaji kebenaran substantif nya
Atau ambil contoh,bila ada tukang beca atau supir angkot ikut mempertanyakan tiadanya bukti terstruktur atau bukti fosil yang memperlihatkan bentuk bentuk transisi yang memadai dari fosil yang ditemukan yang bisa menopang tegaknya teori Darwin maka apakah lalu harus dianggap bahwa pertanyaan tersebut dianggap sebagai suatu yang tidak relevan atau tidak memiliki nilai ilmiah hanya karena diungkap oleh orang orang awam? Â
Padahal kebenaran itu dalam hal apapun itu milik semua kalangan tentu yang dapat menangkap serta memahaminya dengan kata lain,asal menyentuh SUBSTANSI persoalan.jangan meminta kepada tukang beca tersebut rujukan jurnal ilmiahnya atau membawanya kepada membahas persoalan teknis seperti yang dibahas dalam jurnal jurnal ilmiah.kalau memang faktanya tidak ada katakan saja tidak ada jangan dilarikan kepada bahasan lain yang ada di jurnal jurnal ilmiah misal.
Pikiran sederhana harus disikapi dengan fikiran sederhana.tetapi wajar pula kalau ada tukang beca yang mempertanyakan apakah teori Darwin tidak bertentangan dengan hukum hukum genetika, biofisika serta biokimia atau malah mirip dongeng katak yang tiba tiba menjadi pangeran karena prinsip kebetulannya itu ..(ternyata tukang beca itu pernah kuliah ! ... wkkkkkk )
Apakah publik dari berbagai kalangan utamanya para agamawan tidak boleh ikut membahas teori tersebut dan teori tersebut dianggap hanya layak dibicarakan dikalangan saintis yang bahasannya harus berpijak hanya pada analisis analisis yang biasa dibahas dalam jurnal jurnal ilmiah ? ... bukankah ada fihak yang bukan saintis yang memiliki kepentingan untuk membahas masalah tersebut karena dianggap itu berkaitan dengan persoalan keyakinan mereka.Â