Apa makna idealisme dibalik tulisan ?
Idealisme termasuk yang ada dibalik tulisan tulisan seseorang adalah semacam roket yang mendorong seseorang tergerak untuk menulis dan itu biasanya berasal dari hasrat yang lahir dari lubuk hati nya sendiri
Atau dengan kata lain,idealisme dibalik tulisan bukanlah suatu yang motivasi atau dorongannya berasal dari luar, baik yang berupa tekanan-paksaan-rayuan-indoktrinasi atau iming iming imbalan materi. sehingga parameter dari idealisme disini adalah sesuatu yang murni berdasar atau lahir dari 'hasrat-kehendak hati'. sedang faktor  ilmu pengetahuan adalah hanya menjadi semacam unsur pendukungnya. jadi seorang idealist menulis bukan semata karena ia memiliki atau menguasai ilmu pengetahuan tertentu misal.sehingga tulisan yang dibuat berdasar sebuah idealisme bukanlah semacam tulisan  'formal' seperti contohnya yang terdapat dalam buku buku pelajaran yang biasa digunakan disekolah sekolah yang untuk membuatnya memang tidak memerlukan idealisme yang mendalam
Dan karena beda dengan buku buku ilmu pengetahuan formal yang biasa diajarkan disekolah yang dibuat bukan berdasar visi-misi yang bersifat pribadi-bukan berlandaskan kepada pandangan pribadi, maka idealisme yang melatar belakangi suatu tulisan lahir sebagai suatu yang membingkai visi dan misi yang bersifat pribadi dan hasrat kehendak untuk mengungkap pandangan yang bersifat pribadi
Lalu apa yang melatar belakangi lahirnya hasrat tersebut kalau bukan karena faktor yang berasal dari luar ? Nah inilah INTI persoalan yang ingin saya coba ungkap dan ingin saya tekankan
Menulis dan .. perasaan bahagia (!)
Idealisme,termasuk yang melatar belakangi lahirnya tulisan tulisan memang bukan suatu yang memberi imbalan materi-tidak memberi kekayaan dan secara psikologis juga mungkin tidak melahirkan popularitas, sanjungan atau pujian yang memberi rasa senang.tetapi ia memberi seseorang rasa bahagia yang permanen. dan setelah saya mengungkap tentang 'bahagia' dibalik apa yang saya maksud dengan 'idealisme' maka setelah itu saya seperti tidak memiliki sejumlah kata yang tepat untuk melukiskan nya.nampaknya,cukuplah saya menulis 'bahagia' tanpa harus di iringi banyak kata.itu karena bahagia itu suatu yang sulit dilukiskan dengan kata kata,sama halnya dengan'cinta' misal
Hanya rasa bahagia yang muncul dan tersimpan permanen selama idealisme itu bersemayam dalam jiwa itu mungkin melebihi perasaan misal andai kita memperoleh imbalan materi atau imbalan puja-puji serta sanjungan
Ada penulis yang  mungkin beranggapan bahwasanya sia sia sebuah tulisan diterbitkan kalau tidak menarik minat orang untuk membaca nya, lalu ia mendesain tulisan yang dirasa bisa menarik minat orang lain untuk membaca nya mungkin tanpa melibatkan unsur 'idealisme'.efek nya mungkin ia berhasil memperoleh perhatian, banyak viewer,menjadi artikel utama ... tetapi itulah kenikmatan seperti itu biasanya sesaat,setelah perhatian orang orang berlalu maka perasaan hampa kembali menerpa. begitu dan begitu berulang ulang.sehingga kenikmatan sesaat itu kadang menjadi semacam candu yang selalu ingin ia ulangi.
Dan itu beda nya dengan idealisme yang sesungguhnya adalah karena ia memberi rasa bahagia yang permanen bahkan ketika orang orang sudah tidak mempedulikan atau menaruh perhatian kepada apa yang kita tulis.karena seperti bahagianya seorang ibu yang mengandung lalu berhasil melahirkan anaknya, bahkan andai tak ada seorangpun yang ikut menyambut kehadiran anaknya itu.itulah,idealisme melahirkan 'anak anak'nya diantaranya melalui tulisan. bahkan ketika tulisannya dikecam atau mendapat respon yang negatif ia tetap bahagia karena telah menuliskan apa yang terlintas dalam hati dan alam fikirannya
Dan seperti yang saya tulis diatas,sulit untuk melukiskan apa itu 'bahagia' karena ia hidup di relung batin yang terdalam bukan semata mampir sesaat di dunia alam rasa perasaan nafsu manusiawi semata dan lalu menghilang kembali
Dan rasa bahagia itu mungkin akan lenyap manakala orientasi menulis suatu saat lenyap,berubah misal menjadi mengejar viewer-rating-materi dlsb.dan bila itu semua diperoleh mungkin berubah menjadi memperoleh rasa senang dan nikmat.tetapi itulah,'senang' dengan 'bahagia' itu memang sekilas seperti nampak sama-serupa bahkan terkadang senang itu seperti berada diatas bahagia karena kehadirannya terkadang membuat adrenalin meningkat dan menimbulkan perasaan emosi yang menggebu
Tetapi masalahnya adalah; Â kesenangan serta kenikmatan seperti itu ternyata suatu yang fana-sesaat bahkan terasa sekejap. bayangkan saat ketika orang orang memperhatikan serta menyanjung kita tetapi setelah momen itu berlalu maka rasa hampa dan sepi pun bisa menerjang jiwa.bahkan terkadang hasrat untuk menulis malah menjadi lenyap.inilah motivasi menulis yang saya sebut sebagai 'ketergantungan kepada respon dari luar'
Beda dengan rasa bahagia yang permanen-yang otonom dari sikap atau respon dari luar terhadap kita,apa mau menyanjung kek atau sebaliknya mencemooh maka rasa bahagia itu tetap melekat kuat dalam akar batin yang terdalam
Tetapi itulah,.. kadang orang rela menjual idealisme hanya demi untuk meraih kenikmatan yang sesaat,dan itu artinya mengorbankan kebahagiaan demi kesenangan sesaat.sebab itu mungkin ini nasihat yang baik : bertemanlah dengan idealisme maka ia akan memberi mu rasa bahagia yang kuat
Walau idealisme itu belum tentu suatu yang otomatis dapat selalu dianggap baik dan benar,karena idealisme yang salah dan buruk suatu saat tetap akan menjerumuskan kita pada jurang ketidakbahagiaan.sebab itulah dialog dialog batiniah dengan Tuhan harus selalu intens dilakukan agar melahirkan idealisme yang murni 'karena Ilahi' dan Tuhan sendiri yang menjamin memberi imbalan kebahagiaa  yang permanen,dunia-akhirat
....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H