Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idealisme di Balik Tulisan dan Perasaan Bahagia yang Membingkai

31 Desember 2017   07:26 Diperbarui: 31 Desember 2017   11:11 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan rasa bahagia itu mungkin akan lenyap manakala orientasi menulis suatu saat lenyap,berubah misal menjadi mengejar viewer-rating-materi dlsb.dan bila itu semua diperoleh mungkin berubah menjadi memperoleh rasa senang dan nikmat.tetapi itulah,'senang' dengan 'bahagia' itu memang sekilas seperti nampak sama-serupa bahkan terkadang senang itu seperti berada diatas bahagia karena kehadirannya terkadang membuat adrenalin meningkat dan menimbulkan perasaan emosi yang menggebu

Tetapi masalahnya adalah;  kesenangan serta kenikmatan seperti itu ternyata suatu yang fana-sesaat bahkan terasa sekejap. bayangkan saat ketika orang orang memperhatikan serta menyanjung kita tetapi setelah momen itu berlalu maka rasa hampa dan sepi pun bisa menerjang jiwa.bahkan terkadang hasrat untuk menulis malah menjadi lenyap.inilah motivasi menulis yang saya sebut sebagai 'ketergantungan kepada respon dari luar'

Beda dengan rasa bahagia yang permanen-yang otonom dari sikap atau respon dari luar terhadap kita,apa mau menyanjung kek atau sebaliknya mencemooh maka rasa bahagia itu tetap melekat kuat dalam akar batin yang terdalam

Tetapi itulah,.. kadang orang rela menjual idealisme hanya demi untuk meraih kenikmatan yang sesaat,dan itu artinya mengorbankan kebahagiaan demi kesenangan sesaat.sebab itu mungkin ini nasihat yang baik : bertemanlah dengan idealisme maka ia akan memberi mu rasa bahagia yang kuat

Walau idealisme itu belum tentu suatu yang otomatis dapat selalu dianggap baik dan benar,karena idealisme yang salah dan buruk suatu saat tetap akan menjerumuskan kita pada jurang ketidakbahagiaan.sebab itulah dialog dialog batiniah dengan Tuhan harus selalu intens dilakukan agar melahirkan idealisme yang murni 'karena Ilahi' dan Tuhan sendiri yang menjamin memberi imbalan kebahagiaa  yang permanen,dunia-akhirat

....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun