Dan rasa bahagia itu mungkin akan lenyap manakala orientasi menulis suatu saat lenyap,berubah misal menjadi mengejar viewer-rating-materi dlsb.dan bila itu semua diperoleh mungkin berubah menjadi memperoleh rasa senang dan nikmat.tetapi itulah,'senang' dengan 'bahagia' itu memang sekilas seperti nampak sama-serupa bahkan terkadang senang itu seperti berada diatas bahagia karena kehadirannya terkadang membuat adrenalin meningkat dan menimbulkan perasaan emosi yang menggebu
Tetapi masalahnya adalah; Â kesenangan serta kenikmatan seperti itu ternyata suatu yang fana-sesaat bahkan terasa sekejap. bayangkan saat ketika orang orang memperhatikan serta menyanjung kita tetapi setelah momen itu berlalu maka rasa hampa dan sepi pun bisa menerjang jiwa.bahkan terkadang hasrat untuk menulis malah menjadi lenyap.inilah motivasi menulis yang saya sebut sebagai 'ketergantungan kepada respon dari luar'
Beda dengan rasa bahagia yang permanen-yang otonom dari sikap atau respon dari luar terhadap kita,apa mau menyanjung kek atau sebaliknya mencemooh maka rasa bahagia itu tetap melekat kuat dalam akar batin yang terdalam
Tetapi itulah,.. kadang orang rela menjual idealisme hanya demi untuk meraih kenikmatan yang sesaat,dan itu artinya mengorbankan kebahagiaan demi kesenangan sesaat.sebab itu mungkin ini nasihat yang baik : bertemanlah dengan idealisme maka ia akan memberi mu rasa bahagia yang kuat
Walau idealisme itu belum tentu suatu yang otomatis dapat selalu dianggap baik dan benar,karena idealisme yang salah dan buruk suatu saat tetap akan menjerumuskan kita pada jurang ketidakbahagiaan.sebab itulah dialog dialog batiniah dengan Tuhan harus selalu intens dilakukan agar melahirkan idealisme yang murni 'karena Ilahi' dan Tuhan sendiri yang menjamin memberi imbalan kebahagiaa  yang permanen,dunia-akhirat
....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H