Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kematian sebagai Parameter Kebenaran

29 November 2017   14:17 Diperbarui: 29 November 2017   21:37 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kematian adalah realitas yang entah kenapa sering dilupakan orang.ciri dari orang orang yang selalu ingat kepada kematian dengan orang yang cenderung 'lupa' mati memang bisa nampak berbeda jauh bahkan bertolak belakang. Orang yang sadar bahwa usia hidupnya di dunia mungkin tidak akan lama lagi dan lalu mempersiapkan diri sebaik baiknya menghadapi saat saat terakhir itu misal dengan memperbanyak ibadat bisa disebut sebenarnya memiliki sikap yang realistis dan rasional dalam menyikapi kematian. Bandingkan dengan seorang yang sudah berusia tua tapi sifat hedonis nya masih tinggi misal maka bisa disebut yang demikian itu memiliki sikap yang tidak realistis dan juga tidak rasional terhadap kematian...

Mengapa,.. karena andaipun ia seorang ateis misal tetapi toh ia tetap tak bisa memastikan bahwa tidak akan ada apa apa sesudah kematian nanti.dan bila ia beranggapan bahwa 'tidak ada apa apa setelah kematian' itu hanyalah suatu kepercayaan yang bersifat spekulatif.jadi lebih rasional misal andai ada orang yang selalu bertanya tanya apa kiranya yang akan terjadi sesudah kematian walau ia belum menggapai iman ketimbang orang yang melupakannya atau tidak memikirkannya sama sekali karena disibukkan atau dilenakan oleh urusan serta kesenangan duniawi atau oleh hal lain

Tetapi bila kita berbicara tentang kematian maka mungkin kesannya seolah tengah berceramah padahal sebenarnya tidak selalu,bisa saja misal kita tengah membicarakan ketidak logisan sikap manusia terkait fakta bahwa mereka semua akan mati

Contoh,bagi kita atau siapapun yang masih bisa berfikiran rasional mungkin aneh apabila melihat misal ada seorang yang sebenarnya sudah kaya, keluarganya mapan,memiliki jabatan yang tinggi di masyarakat tapi yang bersangkutan masih saja melakukan praktek korup dan yang lebih sulit difahami akal adalah karena usianya sudah menginjak 60 tahun keatas,saat seseorang sadar bahwasanya mungkin tidak akan lama lagi ia hidup di dunia. dan seharusnya menyadari bahwa sebanyak apapun harta benda mustahil semuanya dapat dinikmati dalam rentang waktu yang sudah 'sempit' apalagi dengan fisik yang sudah tak lagi muda

Apa yang membuat rasio manusia tidak berjalan terkait menyikapi kematian (?) ..disamping karena faktor dilenakan oleh urusan serta kesenangan duniawi juga karena secara prinsipil tidak menjadikan kematian sebagai salah satu 'parameter kebenaran'.contoh orang yang menjadikan kematian sebagai parameter kebenaran adalah misal ketika melihat orang yang serakah terhadap harta duniawi maka sontak ia berkata 'kayak akan dibawa mati saja'.

Jadi orang yang menjadikan kematian sebagai parameter kebenaran adalah mereka yang bersikap realistis dan rasional menyikapi kematian,sebaliknya yang tak menjadikannya sebagai parameter kebenaran cenderung tidak realistis dan tidak rasional dalam menyikapi kematian

Dalam konsep agama makna 'kematian' demikian mendalam dan tentunya menjadi sebuah parameter kebenaran tersendiri karena tanpa pintu kematian maka konsep agama seperti konsep balasan akhirat atas semua amal perbuatan manusia di alam dunia tentu sulit bahkan tidak akan pernah bisa difahami demikian pula konsep keabadian karena kematian adalah pintu gerbang dari kesementaraan menuju keabadian

Itu sebab para penceramah sering menjadikan kematian sebagai salah satu tema sentralnya dalam berceramah karena dengan tema yang dikaitkan dengan kematian maka diharapkan manusia mau untuk bersikap realistis dan rasional dalam memandang kehidupannya diatas dunia yang sementara itu.

Dan itu sebab banyak perilaku manusia yang terlihat ganjil apabila di 'tap' kan atau diukurkan terhadap kematian semisal perilaku pamer kemewahan.padahal orang yang menjadikan kematian sebagai parameter kebenaran cenderung akan melihatnya dengan menggunakan bingkai parameter kematian itu dan mustahil rasanya kalau sampai takjub dengan perilaku hedonistik seperti itu kalau tidak malah mungkin mencibir nya

Images : karya kisah motivation.blogger
Images : karya kisah motivation.blogger
Orang mungkin sering berkata 'realistislah dalam menghadapi kehidupan' itu memang filosofi yang benar tetapi juga benar kalau ada orang yang berkata 'realistislah dalam menghadapi kematian'.sebab salah satu contoh orang yang tidak realistis dalam menghadapi kematian misal adalah orang yang sudah tua, sudah mapan, sudah tahu hidupnya tak akan lama lagi tapi eh...masih korupsi, lha untuk apa harta yang banyak kalau mustahil semua bisa ternikmati dan apalagi berisiko memberi ketidak tenangan dimasa tua saat orang idealnya sudah fokus menghadapi saat saat menjelang ajal tiba

.............

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun