Pengantar
Suatu waktu seorang guru seni rupa dihadapkan kepada harus menilai lukisan lukisan hasil karya anak anak kecil-anak TK,sang guru pusing 7 keliling karena rata rata lukisan anak anak itu mirip lukisan ‘abstrak’,banyak sisi ‘chaotik’ nya,secara keseluruhan nampak kacau balau.untunglah sang guru ini bijak dan cerdas,diantara lukisan lukisan yang nampak kacau itu sang guru masih bersedia mengamati secara seksama dan ia menemukan suatu pola tertentu yang ingin digambarkan sang anak; ada yang ingin melukis pemandangan,ada yang ingin melukis hewan-kapal terbang-pepohonan dlsb.intinya sang guru masih bisa melihat suatu ‘desain’ dibalik ‘kekacauan’-tidak mutlak melihat lukisan itu sebagai ‘chaos’
Ada banyak orang dewasa-bukan anak anak yang menangkap adanya fenomena chaotisme di luar angkasa nun jauh disana seperti tumbukan antara benda benda langit-meteor berjatuhan, atau berbagai bentuk kekacauan di bumi tempat manusia hidup sehingga misal musim hujan dan musim kemarau sudah sulit di prediksi lagi ada pula yang menemukan kecacatan pada diri manusia dan secara revolusioner lalu mendeskripsikan alam semesta ini sebagai wujud ‘chaos’ (!) Rupanya ia tidak seperti sang guru senirupa itu yang masih bisa melihat dari dua sisi,dan dapat menemukan suatu desain diantara yang nampak kacau
Karena alam semesta tentu bukanlah seperti ‘lukisan abstrak’ hasil karya anak TK,terlalu riskan menyebut satu saja misal : wujud manusia yang nampak terdesain hingga ke urat urat syaraf nya yang terkecil sebagai hasil karya asal asal an dan wujud 'chaos'
Lalu apa yang membuat alam semesta ini atau secara lebih luas : kehidupan ini, nampak sebagai wujud terdesain sehingga diantara fenomena yang nampak kacau itu manusia masih dapat menangkap adanya ‘kerangka’
Agama mengungkap adanya hukum kehidupan pasti sebagai ‘kerangka’ kehidupan secara keseluruhan dimana manusia misal sebagai contohnya terkungkung didalamnya : mengalami sebab-akibat,hidup dan lalu mati,merasakan derita disamping bahagia,sehat disamping sakit,ditempatkan di dunia untuk lalu dibawa ke alam akhirat,merasakan ke fanaan disamping kelak kebahagiaan
Dan dalam diri manusia ada alat penangkap ‘kerangka’ dualistik itu yaitu AKAL yang diciptakan istimewa-khusus untuk dapat menangkap adanya ‘grand konstruksi’ alias kerangka besar kehidupan itu dimana kepada kerangka dualistic itulah dan bukan kepada ke chaos an akal menyandarkan diri
………………………………………………………………..
Bagaimana sikap manusia terhadap prinsip dualisme
Seseorang atau mungkin banyak orang masih ada yang menolak mati matian konsep dualisme dengan mengungkap adanya obyek yang samar-absurd-cacat-kacau-abu abu-tak jelas-‘shades of grey’ yang dianggap diluar atau bukan bagian dari konsep dualisme.tetapi dalam kehidupan nyata akan terbukti penolakan itu hanya lah ‘teoritis’ alias hanya sekedar teori belaka karena dalam kenyataannya yang akan dipakai dalam berfikir-dalam mengkonsep serta merumuskan segala suatu ternyata adalah selalu instrument instrument konsep dualism.
(Pertanyaan pertanyaan : bisakah kita mengenal konsep ‘ilmu pengetahuan-kebenaran-kebaikan’ tanpa ada konsep dualisme sebagai tiang-konstruksi-kerangka nya ? Bisakah ilmu pengetahuan-konsep kebenaran ber kerangka kekacauan-ketak jelasan-keserba relatifan-chaotisme ? Bisakah chaotisme-kekacauan membangun ‘rasionalisme’ ? Bisakah rasionalitas bersandar pada kekacauan-ketakpastian ? )