Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cermin*

6 April 2014   17:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:00 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_330293" align="aligncenter" width="300" caption="images: hampiredup.blogspot.com"][/caption]

....

Dalam hidup, pernahkah anda merasa tidak memerlukan CERMIN (?)

Kita merasa tidak memerlukan cermin tentu kala kita merasa mampu untuk melihat segala sesuatu secara langsung.kita bisa melihat kaki atau tangan kita lalu berbagai obyek- benda yang ada di sekeliling kita : orang-hewan-pohon-mobil-rumah-komputer dlsb.secara langsung tanpa bantuan cermin. dan kita baru merasa membutuhkan cermin biasanya saat kita ingin melihat wajah kita

Mengapa kita memerlukan cermin untuk melihat wajah kita (?) .. itulah CERMIN menjadi symbol  kekurangan serta keterbatasan manusia,sebab bila manusia makhluk yang tanpa batas yang bisa berada pada ruang manapun sebagaimana yang diingininya maka ia tak akan memerlukan cermin untuk melihat obyek yang tak bisa dilihatnya secara langsung seperti wajahnya sendiri.jadi CERMIN itu sesuatu yang bisa membuat kita bisa melihat sesuatu yang tak bisa kita lihat secara langsung,lebih jauh CERMIN secara filosofis adalah ‘sesuatu yang membuat kita bisa memahami sesuatu yang tak bisa kita fahami secara langsung’

Masalahnya kemudian adalah : suatu saat manusia akan memerlukan cermin baik cermin fisik atau cermin abstrak-non fisik, tetapi ‘mengapa manusia memerlukan CERMIN’ itu suatu hal yang terkadang jarang betul betul manusia sadari dan dalami

Dalam hidup, pernahkah anda berfikir bahwa anda bisa mengenali siapa diri anda yang sebenarnya secara langsung tanpa menggunakan CERMIN apapun (?) ….. secara instingtif manusia sering menggunakan lingkungan hidupnya apakah itu keluarganya,lingkungan pergaulan sosialnya atau bangsanya sebagai CERMIN siapa dirinya,tetapi bila kita ingin mengenal hakikat diri kita sebagai manusia kemana kita harus bercermin (?) ….

Ada berbagai institusi yang berupaya memberi manusia CERMIN untuk mengenal siapa dirinya : filsafat-sains-psikologi dan tentu saja agama,dari ke semuanya itu mana yang membuat anda bisa mengenali hakikat diri secara utuh dan menyeluruh sesuai fitrah nya (?)

Nah tahukah anda bahwa pengalaman hidup itu sebenarnya bisa menjadi sebuah CERMIN tersendiri yang sangat berarti bagi diri anda pribadi (?) …sebagai contoh, betapapun ada banyak teori tentang ‘kebahagiaan’ yang ditulis para ahli fikir-motivator tetapi untuk memahami apa itu ‘bahagia’ yang sebenarnya anda harus bercermin kepada apa yang telah anda alami sendiri dalam kehidupan

Contoh lain adalah yang pernah saya alami sendiri secara pribadi : suatu saat dimasa lalu saya pernah terobsesi dengan kehebatan empirisme sebagai ‘kebenaran mutlak dan satu satunya parameter kebenaran’ dan argumentasi argumentasinya kadang secara keliru sering saya persepsikan sebagai suatu yang bisa menggoncangkan iman sehingga apa yang datang dari agama saat itu saya anggap sebagai ‘hanya doktrin belaka’, walau obsesi itu terasa begitu menyiksa batin tetapi saat itu saya seperti belum memiliki kekuatan untuk bisa keluar daripadanya. sampai akhirnya saya merasa dituntun Tuhan melalui pengalaman pengalaman dengan dunia abstrak-gaib yang terkadang aneh dan ajaib tetapi memang nyata terjadi (!), maka lama kelamaan cara pandang saya pun mulai ‘bermata dua’ - tak lagi memandang hal hal yang bersifat empirik sebagai satu satunya realitas serta parameter kebenaran tunggal

Nah apa yang saya alami dalam kehidupan itu kemudian menjadi semacam CERMIN alami yang memiliki pengaruh yang sangat kuat ketika saya mulai berhadapan dengan beragam problem keilmuan-kebenaran yang bersifat kompleks termasuk ketika mulai berbenturan pandangan dengan orang orang yang ber ideologi materialistik - yang menjadikan empirisme sebagai satu satunya parameter keilmuan-kebenaran

Dan dalam kehidupan adakalanya kita berhadapan dengan hal hal yang nampak sulit dan rumit serta begitu menekan perasaan tetapi bila kita sadar bahwa sebenarnya kita memiliki banyak cermin yang bisa kita pakai maka kita akan menemukan jalan keluar yang lebih mudah daripada yang kita duga

Nah tahukah anda bahwa semakin kita dewasa,semakin kita menuju tua, sadar atau tak sadar kita sebenarnya telah menemukan banyak CERMIN dari berbagai pengalaman hidup yang kita alami, tetapi tanpa sadar kita sering melupakannya atau bahkan mengabaikannya hanya karena kita terkagum kagum kepada seorang filsuf atau mazhab pemikiran tertentu misal, padahal pemikirannya-pandangannya belum tentu bisa kita jadikan sebagai CERMIN yang tepat bagi diri kita.kita sering kehilangan CERMIN kehidupan yang sebenarnya karena kita terlalu focus bercermin pada cermin yang dibuat kan oleh orang lain

Dan sebab manusia terkadang tidak menyukai sesuatu sebagai CERMIN karena sesuatu itu memberi gambaran tentang manusia yang lemah-hina-terbatas,dan malah memilih bercermin pada sesuatu yang bisa membuat gambaran seolah manusia itu ‘superman yang hebat’ yang bisa mengatasi seluruh persoalan kehidupannya seorang diri,ini ibarat kucing yang ingin nampak seperti singa

[caption id="attachment_330300" align="aligncenter" width="300" caption="images:nurulqolbu.wordpress.com"]

1396754373942712447
1396754373942712447
[/caption]

Ada juga seorang yang justru benci dengan cermin yang terang benderang yang justru bila ia bercermin padanya maka akan nampaklah segala kekotoran dan kedegilannya dan karena itu ia berupaya menghancurkannya (!) kemudian lebih memilih bersembunyi dalam cermin buram yang bisa menyembunyikan hakikat diri nya yang sebenarnya

Atau diantara kita ada yang membiarkan CERMIN yang dimilikinya itu penuh dengan debu dan akhirnya menjadi buram sama sekali sehingga tak lagi bisa memantulkan sesuatu secara jelas dan terang benderang sebagaimana suatu saat nanti akan sangat kita inginkan dan butuhkan,itu karena kita menjadikannya sebagai suatu yang seolah tak berharga dan membiarkannya teronggok begitu saja dalam reruntuhan pengalaman hidup.andai kita memperlakukannya sebagai suatu yang istimewa lalu menjaga serta membersihkannya setiap saat kita mengingatnya ….. maka kita akan memiliki semacam penasihat abadi

………………………………………………

Pernahkah anda berfikir CERMIN apa saja yang pernah anda temukan dalam pengalaman hidup anda yang saat ini bisa anda gunakan untuk bercermin diri (?) …. sebab banyak ucapan - perbuatan hingga pandangan yang dibuat manusia tanpa sebelumnya banyak ber CERMIN terlebih dahulu ....

Dan ingat hanya manusia yang telah menyadari segala kekurangan dan keterbatasannya yang bisa memaknai serta merasa sangat membutuhkan CERMIN, karena CERMIN adalah sesuatu yang pasti akan kita butuhkan saat kita sudah tak bisa lagi melihat-mengenal serta memahami sesuatu secara langsung ……

……………………………………………………

*nasihat untuk diri sendiri, yang saya simpan di sini dengan harapan masih bisa bermanfaat untuk orang lain

.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun