[caption id="attachment_354011" align="aligncenter" width="300" caption="fa2i.blogspot.com"][/caption]
…..
‘Saya berfikir maka saya ada’ demikian ungkap Descartes.jadi,sebelum Descartes menyadari keberadaan dirinya maka ia belum ada (?) .. padahal kita tahu bahwa ketika Descartes baru lahir sebagai bayi dan tentu saja ia belum menyadari keberadaan dirinya,tentu saja kita tak bisa mengatakan bahwa ia ‘belum ada’.lalu bagaimana kalau Descartes berkata ‘aku memikirkan matahari maka matahari ada’,’aku memikirkan kuda maka kuda itu ada’.padahal sebelum difikirkan (disadari) oleh Descartes semuanya itu telah ada dan akan tetap ada bahkan andai Descartes tidak memikirkan atau menyadari keberadaannya sekalipun.artinya keberadaan matahari-kuda bahkan diri Descartes sendiri bukanlah diciptakan oleh Descartes, ia hanya sekedar menangkap keberadaannya(bukan ‘menciptakannya’)
Artinya Descartes meletakkan pikirannya-kesadarannya sebagai landasan dasar penentu ada,segala suatu dipastikan ada setelah fikiran menyadarinya.prinsip ini dipakai ketika manusia berfikir tentang kebenaran sehingga sesuatu disebut sebagai ‘benar’-‘kebenaran’ hanya bila fikiran telah menyadari bangunan konstruksi yang membangunnya
Bila kita melihat dari sudut pandang manusia maka pandangan Descartes bisa kita anggap benar, sebagaimana bila saya mengatakan ‘ada kucing dikamar saya’ artinya secara sadar pikiran saya menangkap adanya kucing dikamar saya,dan saya akan mengatakan ‘tidak ada kucing di kamar saya’ bila secara sadar saya tak menangkap keberadaannya.artinya kesadaran manusia membentuk sudut pandang manusia, tetapi apakah segala suatu bergantung dan hanya harus dilihat dari sudut pandang manusia (?)
Masalahnya adalah konsep ADA termasuk didalamnya konsep ‘kebenaran’ itu bukan suatu yang hakikatnya bergantung pada fikiran manusia, disadari atau tidak oleh manusia hakikat ada tetaplah ada.kesadaran manusia hanyalah upaya menangkap bukan ‘menciptakan’.ADA-kebenaran itu suatu yang ditangkap manusia bukan suatu yang diciptakan manusia.hal itu telah saya jelaskan secara rinci dalam artikel terdahulu
Nah sekarang bila kita berbicara tentang hakikat ilmu pengetahuan sebagai konstruksi dari ADA dan konstruksi dari kebenaran, apakah ilmu pengetahuan itu suatu yang ditangkap ataukah suatu yang diciptakan manusia .. atau,apakah manusia itu penangkap ilmu ataukah pencipta ilmu (?)
Bila ilmu pengetahuan adalah suatu yang ditangkap oleh manusia berarti ilmu pengetahuan itu telah ada sebelum manusia memikirkannya,tetapi bila ilmu pengetahuan adalah suatu yang diciptakan manusia maka berarti tak ada yang tahu sebelumnya kecuali manusia,belum ada sebelum manusia ‘menciptakannya’
Ini hanya sekedar permainan berlogika di dunia metafisika untuk sekedar direnungkan bila kita menghubungkannya dengan pandangan agama yang menyatakan bahwa Tuhan adalah yang maha tahu yang konsekuensi logisnya berarti mustahil Tuhan tahu belakangan dari manusia atau mustahil manusia tahu duluan dari Tuhan.nah bila ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia maka berarti Tuhan tahu dari manusia atau manusia tahu duluan dari Tuhan (!)
Juga untuk direnungkan bila dihubungkan dengan ayat kitab suci Al Qur’an yang berbunyi ‘ …. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)”.… artinya apapun yang ada dan terjadi sebenarnya telah diketahui sebelumnya dan tercatat. sehingga manusia tak perlu membanggakan teknologi komputer terbaru dihadapan Tuhan misal karena mustahil Tuhan tahu belakangan dari manusia.itu hanya semacam refleksi bila kita ingin menggunakan cermin kitab suci untuk mencoba melihat sesuatu melalui kacamata sudut pandang Tuhan yang diluar kesadaran kognitif manusia (melalui kesadaran intuitif).(untuk memahami 'hakikat' manusia harus melihatnya dari kacamata sudut pandang Tuhan - diluar kacamata sudut pandang manusia)
Semua ini hanya untuk direnungkan khususnya bila dikaitkan dengan filosofi kesadaran ala Descartes yang meletakkan pikiran manusia sebagai ‘penentu’ atau meletakkannya sebelumnya diatas segalanya. atau, apakah segala sesuatunya berada dalam atau ditentukan oleh kesadaran manusia dan menganggap tak ada apapun yang diluar itu (?)
Dan sebab filosofi Descartes itu bagi sebagian secara sadar atau tak sadar mungkin telah menjadi semacam filosofi cara pandang atau parameter dalam menyelesaikan beragam problem keilmuan.manusia berangkat dari dan berhenti sebatas kesadaran, seolah tak ada sesuatu - tak ada kebenaran diluar kesadaran manusia.lalu, bagaimana kalau terjadi sesuatu atau hal hal yang diluar kesadaran manusia memikirkannya (?)
…………………
Apakah segala suatu bergantung pada kesadaran manusia ataukah akan selalu mungkin ada dan terjadi hal hal yang diluar kesadaran kita
Dalam realitas kehidupan sehari hari - dalam berbagai aktifitas kehidupan apakah anda bergantung sepenuhnya kepada kesadaran anda sehingga merasa tak perlu lagi berdo'a atau berharap perlindungan Tuhan atas apa yang mungkin terjadi yang berada diluar kesadaran anda .. misal, ketika anda berada dijalan raya maka apakah anda yakin semua telah hadir dalam input kesadaran anda sehingga yakin tak akan ada sesuatu yang diluar kesadaran yang bisa mencelakakan anda misal (?)
…………………
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H