…
Coba perhatikan, bila kita mengamati hiruk pikuk dunia persepakbolaan kebanyakan dari publik mungkin akan lebih focus memperhatikan pernak pernik seputar para pemain bintangnya atau hasil pertandingan antar klub atau antar negara papan atas dalam dunia sepakbola atau gaya bermain klub tertentu atau gaya kepelatihan seorang pelatih beken dan segala macam pernak pernik persepakbolaan lainnya.tetapi mungkin jarang diantara kita yang masih memikirkan hal mendasar yang bersifat baku dalam sepak bola yaitu : system, dimana tanpa ada system permainan bola maka mustahil semua keaneka ragaman permainan bola bisa ada atau bisa berjalan.system permainan bola itu bersifat permanen-berlaku tetap disegala zaman dan semua keaneka ragaman bentuk-gaya serta pernak pernik permainan bola yang berjalan diatasnya tak akan bisa merubah system yang baku itu.dan system itu menjamin permainan bola berjalan secara sistematis - teratur dan adil.dan bayangkan bila dalam sebuah permainan bola diberlakukan dua atau lebih system maka yang akan terjadi adalah kekacauan
[caption id="attachment_370328" align="aligncenter" width="300" caption="2 neatmagazine.com"][/caption]
Demikian pula hal nya dengan kehidupan,kebanyakan dari kita mungkin lebih tertarik mengamati atau memperhatikan beragam pernak pernik dan ragam warna warni (pluralitas) yang ada didalamnya,misal adanya beragam ceritera sejarah kehidupan manusia yang beraneka warna, adanya beraneka macam bangsa-bahasa-agama-kebudayaan-adat istiadat dlsb.(yang semua itu menjadi 'filosofi dasar' serta bahan isian majalah TIME-LIFE), lalu ada beragam pandangan-filosofi-pemikiran-teori-hipotesa manusia yang beraneka warna dlsb.dan mungkin masih jarang diantara kita yang mencoba berfikir secara rasional bahwa diatas keaneka ragaman-pluralitas kehidupan itu ada satu SYSTEM ILAHIAH yang mengatur-menjalankan dan menjamin kehidupan berjalan secara systematis-mekanistik dan tentu saja adil (dan tidak mungkin ada dua atau lebih system yang mengatur sehingga kehidupan secara keseluruhan malah berantakan)
[caption id="attachment_370341" align="aligncenter" width="300" caption="www.pinterest.com"]
Faktanya ketika SYSTEM ILAHIAH itu diberitahukan melalui kitab suci banyak orang yang belum bisa memahami dan menerimanya dengan logika akal fikirannya,padahal sebagai contoh menolak adanya konsep balasan Ilahi misal,(dimana setiap orang dibalas sesuai amal perbuatannya masing masing : yang baik dibalas baik dan yang buruk dibalas buruk ) itu berarti sama dengan menolak adanya KETERATURAN yang mengatur peri kehidupan manusia secara keseluruhan,atau sama dengan menolak adanya system yang menjamin kehidupan bisa berjalan secara adil.sebab bila tanpa ada konsep balasan akhirat maka akan ada banyak kejahatan-keburukan-kebatilan yang dibuat manusia di alam dunia yang tidak akan terbalaskan secara adil,dan akan ada banyak rasa sakit hati dan dendam kesumat yang tersimpan dalam hati hati manusia yang menjadi korban kejahatan yang tidak akan hilang
Dan andai kita bertanya pada nurani maka nurani pun pasti tidak akan menerima kehidupan yang tanpa adanya pengadilan Tuhan-tanpa konsep balasan universal untuk keseluruhan sebab itu adalah suatu hal yang TIDAK ADIL
Logika memang peralatan berfikir yang canggih,ia bisa digunakan untuk mengupas-menganalisis berbagai permasalahan mulai dari yang sepele hingga yang rumit,mulai dari permasalahan politik hingga agama,mulai dari persoalan dunia alam lahiriah hingga ke persoalan alam gaib.keliru besar bila akal-logika dikunci-dikerangkeng hanya boleh dan harus digunakan mengupas masalah yang obyeknya bersifat empirik belaka dan permasalahan metafisik-dunia gaib dibiarkan untuk tidak disentuh oleh logika akal.melalui kitab suci yang dibawa para nabi Tuhan menantang manusia menggunakan akal nya bukan saja untuk memikirkan hal hal yang bersifat lahiriah-yang tertangkap pengalaman dunia inderawi tetapi juga untuk memikirkan hal hal yang bersifat abstrak-gaib yang diluar wilayah pengalaman dunia inderawi.dan itulah kelebihan akal adalah ia bisa menggapai-menemukan sesuatu-kebenaran yang dunia indera tidak bisa menggapai atau menemukannya,dan itu yang menjadi sebab akal begitu diistimewakan oleh semua kitab suci para nabi
Dengan menggunakan akal itulah manusia bisa menemukan-memahami (bahwasanya logis-ideal-pantas-harmonis) bila dibalik kehidupan ini ada SYSTEM ILAHI yang mengatur-mengendalikan seluruh peri kehidupan yang beraneka ragam dan berwarna warni sehingga betapapun beraneka ragam dan berwarna warninyakehidupan tetapi ia tetap akan tunduk kepada satu SYSTEM ILAHI.itu sebab bahwasanya bagi akal mustahil (tidak pantas-tidak ideal) bila Tuhan itu bisa ada banyak dan masing masing membuat system sendiri sendiri,atau mustahil (tidak pantas-tidak ideal) bagi akal bila kehidupan ini diatur-dikendalikan oleh banyak system dan bayak ‘tuhan’
Sebagian dari TANDA adanya system Ilahi itu bisa kita lihat secara kasat mata : adanya siang-malam,yang muda menjadi tua,yang hidup pasti mati dlsb.dan system Ilahi yang lahiriah itu ada secara permanen -baku - tetap dari zaman ke zaman apapun ceritera kehidupan manusia yang terjadi diatasnya-apapun kebudayaan dan agama yang menjadi warna warni kehidupan.dan system yang bisa nampak secara lahiriah itu secara mekanis mengantarkan manusia ke alam akhirat-ke alam gaib (untuk saat ini) dimana di alam akhirat itu manusia bertemu dengan bagan dari system Ilahi yang lainnya : pengadilan Tuhan, sorga-neraka.bukankah itu suatu yang logis (ideal-pantas-harmonis) bagi logika ketimbang tidak adanya konsep balasan (?)
Ketika orang berbicara tentang Tuhan-tentang agama tentang kebenaran sebagian besar mungkin akan berbicara tentang keaneka ragaman kepercayaan,keaneka ragaman Tuhan yang disebut dan beragam ‘kebenaran’ yang di deskripsikan masing masing agama-kepercayaan tanpa menyadari bahwa sebagaimana SYSTEM yang mengatur kehidupan ini hanya mungkin ada SATU demikian pula Tuhan yang menciptakan-mengatur dan mengendalikan sebuah SYSTEM hanya mungkin ada satu,mustahil sebuah system dikendalikan oleh banyak ‘tuhan’.
Dan adanya banyak nama Tuhan yang disebut-adanya banyak agama dan kepercayaan yang dipeluk atau adanya banyak ‘kebenaran’ yang dideskripsikan oleh agama-kepercayaan yang berbeda beda itu tidak akan bisa mengubah system Ilahi yang satu dan sudah dibakukan itu
……………………..
Seorang rekan Kompasioner yang saya tidak tahu persis ideologinya ngotot menganggap apa yang saya ungkapkan hanyalah sekedar bentuk ‘rasionalisasi dari kepercayaan’- hanya sekedar ‘kebenaran anggapan’.maka saya menegaskan bahwa diKompasiana saya tak perlu ngotot membuat pembenaran atas apa yang menjadi keyakinan-kepercayaan saya.di Kompasiana cukup kalau saya focus mengajak BERMAIN LOGIKA tetapi dengan lebih mengarah ‘ke atas’, bukan hanya bermain logika terhadap berbagai permasalahan yang ada dibumi semata (sebab akal itu harus diarahkan atau digunakan ke berbagai arah : ke dunia lahir-ke dunia gaib,ke permasalahan ‘bumi’-ke permasalahan ‘langit’ dan itulah universalitas akal.mengunci akal diwilayah yang serba empiristik atau melekatkan logika hanya dengan hal hal yang bersifat empirik sama dengan mengebiri kemampuan universal akal yang harus digunakan secara universalistik-holistik-menyeluruh ke berbagai arah
Sebab itu setelah saya mengungkap hal diatas maka saya tidak menuntut apa yang saya ungkap itu untuk menjadi kepercayaan atau membawa anda kepada kepercayaan tertentu,sebab disini sebatas mengajak bermain logika : mana yang lebih logis antara adanya konsep balasan akhirat (sehingga perikehidupan berjalan secara adil-teratur) dengan tanpa adanya konsep balasan akhirat (sehingga kehidupan berjalan tanpa aturan-kacau-tidak adil ) ?
Orang agnostik harus bisa menjawab pertanyaan ini secara jujur dan terbuka tidak boleh berbelat belit kalau memang mengklaim sebagai ‘orang yang menggunakan akal-rasio’ .sebab masakan orang yang mengklaim berakal (dan karenanya bisa berfikir secara tertib-tertata-teratur-terkonsep) condong pada hal yang tidak pantas-tidak ideal-kacau-tidak teratur
………………….
Itulah saya telah mengungkap konsep yang konstruksinya berisi struktur mekanisme sebab-akibat yang jelas-terang benderang-ideal dan karenanya bisa ditangkap dan difahami oleh akal fikiran semua orang-bangsa manapun diseluruh pelosok muka bumi sebab semua manusia dikaruniai akal fikiran sehingga akan mudah untuk bisa memahami apa ya ng telah saya ungkapkan.jadi bukanlah semata 'merasionalisasi' keyakinan pribadi.sebab buat apa berupaya merasionalisasi sesuatu yang tidak rasional,.. yang sulit difahami logika akal fikiran orang lain (?) .. misal, buat apa 'merasionalisasi' prinsip 'keteraturan bisa berasal dari kebetulan atau kebetulan bisa melahirkan wujud terdesain' sebab prinsip demikian tidak dibangun oleh mekanisme sebab-akibat yang ideal dan karenanya akan tetap merupakan prinsip atau pemikiran ganjil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H