Mohon tunggu...
Ujang Ilun
Ujang Ilun Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang WNI di arab saudi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serba-serbi TKI

14 Juni 2013   07:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:03 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berbicara masalah TKI memang tidak ada habisnya, mulai dari proses prekrutan yang sudah bermasalah hingga keberadaannya di daerah penempatan. Carut marut ini tersimpan rapi oleh system birokrasi yang menguntungkan sebagian orang. Kita lihat bagaimana TKI menjadi lahan subur untuk di jadikan sapi perahan manusia2 yang tidak bertanggung jawab, para calon TKI ini biasanya di ambil dari daerah2 pelosokatau warga yang terhimpit masalah ekonomi. Dengan di iming-imingi akan mendapatkan gaji besar jika mereka mau bekerja di luar negeri oleh sponsor ( calo PJTKI ). Kemudian jika mereka mau mereka akan di serahkan kepada PJTKI ( Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia ) untuk mengikuti pelatihan dan tidak jarang banyak sponsor yang meminta uang administrasi kepada calon TKI padahal pihak PJTKI sama sekali tidak meminta uang tersebut. Selama mengikuti pelatihan para calon TKI ini tinggal di asrama milik PJTKI. Pelatihan ini biasanya meliputi praktek lapangan dan pelajaran bahasa Negara tujuan. Pada proses ini memang kemenakertrans melalui BNP2TKI ikut mengawasi melalui absen sidik jari secara online agar supaya dapat di ketahui berapa banyak jam pelatihan yang telah di ikuti oleh calon TKI kemudian setelah jam pelatihan mencukupi standart BNP2TKI, para calon TKI ini di wajibkan mengikuti tes yang di adakan oleh BNP2TKI, disinilah terjadi kecuranganpara calon TKI yang tidak lulus tes di paksakan lulus dengan syarat membayar oknum petugas agar supaya di luluskan. Walhasil calon TKI yang belum siap bekerja di berangkatkan, calon TKI yang belum bisa berkomunikasi dengan bahasa Negara tujuan dipaksakan berangkat dengan modal nekat.

Begitu tiba di Negara tujuan para TKI ini dihadapkan pada suasana yang asing sama sekali terutama bagi TKI baru, mulai adat kebiasaan majikan kendati pun TKI ini sudah pernah bekerja di luar negeri sebelumnya namun bukan berarti bisa dengan mudah beradaptasi dengan majikan baru, banyak cerita yang mengisahkan beberapa TKI mengalami tindak kekerasan yang dilakukan oleh sang majikan. Walau terkadang lucu juga ketika mendengar cerita ada majikan yang marah lantaran si TKI ini selalu salah dalam menterjemahkan intruksi dari sang majikan. Ada juga kisah dari TKI yang mendapati majikan yang jahat padahal si TKI ini sudah bekerja dengan baik, namun masih mendapatkan perlakuan kasar dari majikannya. Dengan berbagai alasan tadi para TKI yang tidak siap menghadapi hal seperti ini akan berusaha lari dari majikannya. Biasanya untuk yang kabur pertama mereka akan mencari polisi dan minta untuk di antar ke safaroh (KJRI) sesuai dengan apa yang di ajarkan ketika mengikuti PAP. Namun pada kenyataanya tidak seperti apa yang di gambarkan oleh mentor pada waktu mengikuti PAP, karena banyak di antara TKI yang lari dari majikan bertemu dengan orang polisi jahat atau orang jahat yang berpura-pura menolong mereka namun sebenarnya siap menerkam dan memangsanya. Tapi ada juga yang berhasil lari hingga sampai di KJRI. Namun sayang begitu sampai di KJRI banyak oknum staff KJRI kita yang tidak mau ambil pusing mengurusi TKI yang lari dari majikan, mereka para oknum staff selalu mengarahkan para TKI yang lari agar bisa balik ke majikannya. Atau ada juga oknum staff yang menyarakan agar TKI bekerja sebagai TKI illegal pada majikan yang baru. Cerita ini sayadengar dari teman2 yang kebetulan menjadi TKI illegal di Arab Saudi, sangat miris memang mendengar cerita mereka tapi itulah kenyataan yang harus mereka hadapi sebagai perjuangan untuk menggapai cita2.

Cerita miris tentang TKI tidak berhenti sampai disitu saja, meskipun di perantauan mereka tidak mendapati masalah yang cukup berarti. Namun begitu mereka balik ke tanah air mereka sudah siap menjadi santapan saudara sebangsa setanah air yang suka minum darah saudaranya. Mereka ada di bandara, di terminal atau di kampong. Biasanya yang paling menonjol adalah di bandara karena sebagai TKI mereka tidak bisa pulang melalui pintu 2 bandara soeta, mereka di giring agar keluar melalui pintu 3 khusus TKI atau bahkan lebih tepatnya terminal calo. Bayangkan para TKI ini dipaksa untuk membeli tiket bus travel yang harganya lebih mahal dari harga tiket bis biasa. Bahkan sering terjadi pula kasus penodongan dan perampokan di dalam bis, padahal bis tersebut sudah disertai aparat dari kepolisian.Tapi memang kenyataanya TKI adalah lahan empuk bagi para penjahat.

Dari cerita2 yang cukup memilukan ada juga tentang mereka para TKI yang suksesbaik sukses di perantauan maupun di tanah air, seperti salah seorang teman saya yang berhasil menjadi juragan angkot di daerah sukabumi , ada juga teman yang berhasil menjadi pengusaha ayam potong di daerah sawit purwakarta.

Semoga kedepannya cerita miris tentang TKI tidak terdengar lagi dan lebih banyak lagi cerita yang menjadi inspirasi dari seorang TKI, juga berharap kepada pemerintah campur tangganya dalam melindungi nasib TKI agar pahlawan devisa ini bisa lebih berharga bagi bangsa dan Negara Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun