Merefresh kembali memori yang telah lama tersimpan di sela-sela otak yang mungkin bisa di jadikan sebagai pengalaman dan pebelajaran.
Adalah Oshan salah satu sahabat saya ketika masih duduk di bangku SMK. Dia seorang sahabat yang baik tapi juga iseng, yang lumayan pinter tapi sering konyol yang jelas dia type laki-laki yang aktif dan ingin selalu mencoba hal-hal baru.
Oshan berasal dari tasikmalaya yang bersekolah di karawang. Karena jalan menuju ke sekolah kami tidak di lalui angkutan perkotaan dan hanya mini bus (3/4 atau tiger biasa kami menyebutnya) tujuan cikarang – bekasi yang dapat kami tumpangi. Ketika menurunkan penumpang biasanya tiger ini tak pernah berhenti, hanya mengurangi kecepatan dan si kondektur segera muyuruh turun kepada penumpang yang hendak turun sambil memberikan instruksi “kaki kiri jang” yang artinya kita harus melompat dengan kaki kiri. Awalnya memang sulit bahkan ada beberapa teman yang sempat terjatuh akibat landing atau pendaratan yang tidak sempurna namun seperti pepatah mengatakan “bisa karena biasa” akhirnya kami pun lancar melompat dari tiger dalam beberapa bulan pertama. Sampai akhirnya pada tahun kedua menjadi siswa SMK Negeri 1 Karawang kami sudah sangat lihai dalam seni melompat, cukup dengan memukul atap atau pintu tiger, tiger pun segera mengurangi kecepatannya dan kami pun langsung melopat bagai penerjun payung dangan gayanya masing-masing.
Suatu hari Oshan bercerita pada saya bahwa dia belum pernah merasakan naik kereta api. Mendengar cerita oshan akhirnya saya mengajak oshan berkunjung ke rumah saya karena kebetulan rumah saya dekat dengan station kereta api. Selepas pulang sekolah saya dan oshan langsung menuju station kereta api karawang tak lupa membeli tiket dengan tujuan kosambi. Selang beberapa lama kemudian KRD ( sebutan untuk kereta api dengan tenaga diesel ) pun tiba dengan penuh semangat oshan dan saya segera naik kereta tersebut. Di perjalanan oshan terlihat sangat menikmati perjalanan, meskipun jarak yang di tempuh antara karawang – kosambi tidak begitu jauh namun cukup menyenangkan.
Apalagi suasana di dalam kereta pun layaknya pasar yang di penuhi berbagai macam pedagang yang hilir mudik menawarkan dagangannya, tak kalah para pengamen dan pengemis yang silih berganti sekedar untuk mencari sesuap nasi “begitu katanya”. Tiba di station klari kereta pun berhenti menurun kan dan menaikan penumpang, tapi sayangnya penumpang yang naik lebih banyak daripada yang turun yang membuat kereta ini bertambah sesak. Setelah beberapa menit berhenti, kereta pun kembali melanjutkan perjalanannya, membawa para penumpang ke daerah yang di tuju, mengangkut para pedagang yang mencari pembeli di kereta, serta membantu pengamen dan pengemis mengais rezeki.
Tak terasa station kosambi pun sudah mulai terlihat dari kejauhan, para penumpang yang hendak turun bersiap2 dan mendekat ke pintu. Saya dan oshan mendekat ke pintu sebelah kanan. Kebiasaan kami melompat setelah tiger mulai mengurangi kecepatan rupanya tanpa sadar telah kami lakukan pada saat turun dari kereta, tapi mungkin oshan lupa bahwa posisi kita berada di kanan itu artinya kaki kanan yang di gunakan pertama kali melompat. Karena kaki kiri yang oshan gunakan akhirnya oshan pun hilang keseimbangan, terjatuh, berguling dan kemudian terkapar di atas veron. Tapi sukurlah tidak terjadi apa-apa pada diri oshan hanya luka kecil dan rasa malu yang ia derita sambil tertawa ia bercerita bahwa di lupa dan merasa hendak turun dari tiger. Sambil tertawa kami pun keluar dari station untuk melanjutkan perjalanna ke rumah saya...(",)
Orang hebat selalu mejadikan kesalahan sebagai pelecut motivasi untuk terus melakukan proses pembelajaran, lebih baik salah karena berbuat daripada tidak pernah salah karena tidak berbuat