[caption id="attachment_251530" align="alignleft" width="300" caption="foto dari blog febby"][/caption] Mungkin diantara pembaca ada yang pernah mendengar ungkapan “laki-laki sunda tidak boleh menikah dengan perempuan jawa” atau bahkan ada pembaca yang gagal menikah akibat orang tua yang tidak merestui dengan alasan seperti ungkapan diatas. Entah dimulai sejak kapan ungkapan itu lahir dan menjadi mitos hingga saat ini. Sebagai generasi yang lahir di zaman modern banyak diantara yang bertanya kepada para orang tua mengenai ungkapan ini namun jawaban para orang tua selalu sama yaitu “ikuti saja nak, sebab kalo di langgar hidupmu bisa sengsara”. Lagi-lagi jawaban yang tidak rasional yang kita dapat. Dan mitos itu akan sangat kuat melekat pada orang tua yang kolot yang masih memegang teguh adat. Mereka menganggap jika seorang laki-laki sunda menikah dengan perempuan jawa di ibaratkan seorang anak yang menikah dengan ibunya, dan itu tidak akan berkah serta membawa sial pada kehidupan rumah tangganya. Oleh karenanya para orang tua yang masih memegang prinsip itu akan mewanti-wanti anaknya untuk mengindahkan hal tersebut jika hendak membangun rumah tangga.
Padahal tidak ada satu agama atau ajaran pun yang memilah-milah suku dalam mencari pasangan. Terlebih dalam islam sudah dijelaskan secara rinci kiat dalam mecari pasangan hidup, namun tidak sedikitpun yang membahas masalah suku.Dilihat secara logika pun sebenarnya mitos ini masuk akal karena suku atau ras bisa menyebabkan kesengsaraan. Memang secara kebetulan ada beberapa pasangan yang melanggar mitos tersebut kini harus hidup dengan kekurangan atau penuh cobaan dan itu selalu menjadi contoh yang di tunjukan oleh para orang tua dalam membenarkan mitos tersebut.
Pada akhirnya mitos tersebut menjadi penghalang perempuan jawa yang ingin membangun rumah tangga dengan laki-laki sunda. Memang pada umumnya mereka bukan takut akan akibat melanggar mitos melainkan takut tidak mendapat restu dari orang tua jika melanggar mitos tersebut.
Tapi tidak sedikit para orang tua (jawa) yang sudah tidak mengindahkan mitos tersebut, karena mereka itu hanyalah sebuah mitos yang tidak berakibat apa-apa jika dilanggar, mudah-mudahan akan semakin banyak para orang tua yang menyadari bahwa kebahagiaan ankanya tidak dibatasi oleh suku atau kasta dalam masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H