Mohon tunggu...
Ujang Rohimat
Ujang Rohimat Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Suka menulis, suka semua seni, seorang pemimpi akan masa depan yang menjadi kenyataan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Optimalisasi Lahan Pertanian

13 Februari 2023   17:00 Diperbarui: 15 Februari 2023   16:18 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                 Sumber: Gambar oleh OpenClipart-Vectors dari Pixabay

Mengoptimalkan lahan yang sudah ada dengan program panca usaha tani artinya ada lima usaha tani yang harus dilakukan oleh para petani mulai dari pemilihan dan penggunaan bibit unggul. Pemilihan bibit unggul tidaklah mudah bagi petani, karena ada beberapa faktor bagi petani dalam memilih bibit unggul yaitu mahalnya harga bibit unggul, ini menjadi penghalang bagi petani. Mayoritas petani yang hidup di negeri ini berada di bawah garis kemiskinan. Walaupun bibit tersebut dapat mempengaruhi hasil dari produktivitas pertanian.

Kemudian, usaha lainnya pengolahan lahan pertanian secara tepat, biasanya dilakukan dua cara secara tradisional dan modern. Petani Indonesia kebanyakan masih menggunakan cangkul untuk pengolahan tanah/lahan sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang banyak. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dari lahannya dalam menghasilkan produk pertanian. Sistem pengaturan irigasi dipengaruhi pasokan air yang cukup untuk dialiri ke lahan pertanian tersebut, pemberian pupuk sesuai aturan didalamnya terdapat 5T (tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat komposisi, dan tepat aplikasi) supaya dihasilkan produk yang berkualitas. Pengendalian hama dengan baik adalah satu poin penting dalam mempertahankan kualitas dan kuantitas hasil pertanian akibat hama dan penyakit yang menyerang pada suatu pertanaman. Intinya dengan kelima program tersebut mampu menghasilkan produk pertanian yang baik dari segi kulitas maupun kuantitasnya.

Kembali kelima persoalan tadi, masalah kedua mengenai terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian. Infrastruktur pertanian yang buruk karena minimnya kesadaran dari pemangku kepentingan daerah dalam mempertahankan lahan produksi pertanian. Kemudian masalah ketiga yaitu penggunaan sistem alih teknologi yang rendah. Ciri utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitas terhadap pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Sehingga diperlukan penerapan teknologi yang mampu mengembangkan  inovasi produk pertanian. Sebagai masalah keempat dilihat dari akses layanan terutama permodalan.

Permodalan yang rendah dapat mempengaruhi usaha taninya dan produktivitasnya yang dicapai rendah. Sehingga diperlukan pengembangan dalam penyerapan input produksi dengan memberikan kredit dan bantuan langsung sebagai biaya usaha taninya. Sehingga usaha taninya dapat diperluas dan mampu meningkatkan produktivitas usaha taninya. Masalah kelima yaitu rantai tata niaga yang masih panjang artinya petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik karena ada pelaku seperti pedagang yang memanfaatkan untuk profit orientation. Masalah tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan lembaga pemasaran yang baik dengan tujuan agar usaha taninya mampu dilakuan dengan seefektif dan seefisien mungkin.

Pembahasan mengenai konsep pembangunan pertanian yang berkelanjutan sempat disinggung dengan permasalahan-permasalahan yang ada saat ini. Konsep pembangunan berkelanjutan mulai dirumuskan pada akhir tahun 1980-an sebagai strategi pembangunan sebelumnya dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hasil kongres Komisi Dunia mengenai Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa pembangunan berkelanjutan ini dapat mewujudkan kebutuhan saat ini sampai generasi mendatang.

Konsep pembangunan berkelanjutan bertumpu pada tiga pilar yaitu ekonomi, sosial dan ekologi. Sehingga tiga pilar tersebut berupa keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia (people) dan keberlanjutan ekologi alam (world). Indikator-indikator tersebut penting dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan bukan lagi wacana tetapi sudah menjadi gerakan global. Pertanian berkelanjutan menjadi dasar dalam pelaksanaan aturan standar prosedur operasi yaitu GAP (Good Agriculture Practices). Ini menjadi sebuah gerakan global dimana praktek pertanian berkelanjutan menjadi misi dunia. Dan seharusnya setiap perusahaan agribisnis senantiasa mematuhi prinsip Praktek Pertanian yang Baik (PPB) agar memperoleh akses pasar khususnya di pasar internasional.

Permasalahan yang terjadi pada pemasaran produk pertanian, dimana terjadi revolusi pemasaran antara globalisasi gerakan pertanian berkelanjutan dan internalisasi keberlanjutan sosial. Sebagai revolusi pemasaran mempunyai karakter yang pertama sifat pasar dari pasar penjual atau pasar pembeli bergeser ke pasar konsumen. Artinya karakteristik pasar ditentukan konsumen akhir. Kedua konsumen bergeser dari pemenuhan rasa ke pemenuhan fungsi dimaksudkan konsumen semakin mengutamakan kandungan gizi dan kesehatan. Ketiga meningkatnya kesadaran dan kebutuhan keamanan barang konsumsi khususnya bahan pangan. Dengan berbagai karakteristik tersebut bahwa preferensi konsumen global semakin kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun