Dilihatnya begitu mendalam, diraba dengan jari jemarinya hingga menitikkan air mata, mengenang kembali saat masih duduk di dua kursi bersama, saat satu atap dipelaminan.
Terlintas angan angan untuk menunjukkan ini kepada pak khamim yang semula ia temukan dalam laci.
Malam silih berganti menjadi esok. Seperti biasa, bu khamim dengan seperangkat alat perang ( alat masak) membuat makanan kesukaan pak khamim. Sederhana, supaya merekatkan kembali rumah tangga yang hampir pudar.
Pak khamim pada pagi itu, pergi ke Surau sejenak, beribadah dan menengadahkan do'a...
Lewat desiran angin, sayup sayup doa terdengar,
" Ya Tuhan, selamatkanlah aku dari tipu dunia yang menyesakkan dan membuat pilu dada ya Tuhan, jagalah rumah tangga kami, meskipun badai mengguntur ingin menerjang "
Pak khamim merengkuh, bermunajat dengan detik-detik waktu yang mulai berjalan perlahan....
Meneruskan langkahnya, pak Khamim kembali ke rumah dan berkata...
" Bu ne, bu ne harus berprasangka baik saja sama pak ne, jika bu ne percaya, maka pak ne juga menjaga kepercayaan bu ne"....
Mengelus elus dan menepuk pundak perlahan istri pak khamim yang sedang memasak....
*****