Saat di lembaran pertama. Sebenarnya kedua bola mata ini sudah tak sanggup membaca.
Haru biru nama nama orang terkasih, rupanya tergeletak berbaring didalamnya.
Tersemat relungan hati ingin segera usai dari paku paku yang mencoba membelenggu ku tuk bangkit. Disanalah ketulusan mata hatimu bergemuruh mendukung ku.
Sembari menyeka air mata dan mengusap nama indahmu dengan jari jemari ku. Disitulah daku bertahan dengan derap langkah mengendap-endap,meskipun cermin bendera putih mencoba mengelabuhi ku.
Membuka lembaran pertama, tersirat jasa jasa dari orang yang mengulurkan bantuan tanpa tanpa jasa...
" Dimanfaatkan dan di manfaatin ".
Sebuah perbedaan kata setipis kain sutra, namun kau mencoba menepis nya dengan berprasangka baik.
Begitu sukar menemukan kembaran mu. Masihkah ada di dunia ini?
****
Semarang, 15 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H