Masih ingat dengan maraknya pendapat pro dan kontra adanya wacana kemenristek-dikti yang berencana menempatkan orang asing sebagai rektor di sejumlah perguruan tinggi potensial di Indonesia? Masih ingat juga apa alasan pemerintah berencana melakukan hal tersebut? Yak, betul sekali!Â
Alasannya adalah karena pemerintah menginginkan ada perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam ranking 200 besar perguruan tinggi terbaik dunia berdasarkan QS World University Ranking (QS WUR).
Entah suatu kebetulan atau tidak, wacana tersebut dihembuskan dan berkembang jelang periode pemilihan rektor UI periode 2019-2024 dan pemilihan rektor ITB periode 2020-2025.Â
Sebagai salah seorang peserta kontestasi pemilihan rektor UI tersebut, saya tahu betul bahwa semua calon rektor UI dibekali dengan kisi-kisi bahwa program-program dan janjinya harus dapat memenuhi target RPJP (2015-2035) tahap II yaitu membawa UI masuk ke dalam 5 besar Asia Tenggara. Walau tampaknya beda level target, namun sesungguhnya lah target RPJP II UI lebih berat ketimbang rencana dan target pemerintah.Â
Masuk ke dalam 5 besar Asia Tenggara berarti harus bisa tembus masuk ke ranking 100 besar perguruan tinggi terbaik dunia (baca artikel saya sebelumnya: rektor asing dan pencapaian sasaran strategis rektor UI). Dalam artikel tersebut, saya juga mengisyaratkan bahwa untuk menjadi 5 besar Asia Tenggara berarti harus dapat menyisihkan ranking 2 (UPM) dan 3 (UKM) yang merupakan Top 5 Universitas di Malaysia dan mengambil pelajaran bagaimana UPM mampu melejit melampaui UKM dan secara konsisten bertahan di bawah peringkat UM Malaysia. Mengapa? Karena peringkat 1 dan 2 sudah pasti akan ditempati oleh 2 universitas terbaik Singapura, yaitu NUS dan NTU, sementara peringkat ketiga Asia Tenggara secara konsisten ditempati oleh UM Malaysia yang merupakan ranking 1 Top 5 Universitas di Malaysia.
Masih berlaku kah isyarat yang saya berikan dalam artikel "rektor asing dan pencapaian sasaran strategis rektor UI" tersebut saat ini? Sudah setahun lebih berlalu masa pemilihan rektor UI dan ITB dan itu artinya sudah setahun lebih juga para rektor terpilih memimpin institusinya masing-masing untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita pemerintah, yaitu ada perguruan tinggi di Indonesia yang mampu menembus ranking 200 besar perguruan tinggi terbaik dunia. Mari kita bentangkan data peringkat QS WUR Universitas Indonesia mulai tahun 2019 (tahun dilantiknya Rektor UI periode 2019-2024) hingga tahun 2021: Tahun 2019 peringkat QS WUR UI berada di posisi 292, tahun 2020 di posisi 296, dan sekarang tahun 2021 posisi UI adalah di peringkat 305.Â
Bagaimana dengan ITB pada periode tahun-tahun tersebut? Tahun 2019 peringkat QS WUR ITB berada di posisi 359, tahun 2020 di posisi 331, dan sekarang tahun 2021 posisi ITB adalah di peringkat 313. Ijinkan saya pun menukilkan satu lagi data perguruan tinggi Indonesia yang masuk dalam radar ranking 500 besar perguruan tinggi terbaik di dunia berdasarkan QS WUR, yaitu UGM. Tahun 2019 peringkat QS WUR UGM berada di posisi 391, tahun 2020 di posisi 320, dan sekarang tahun 2021 posisi UGM adalah di peringkat 254. Â
Melihat data tersebut, ijinkan saya menukilkan kembali pertanyaan, "masih berlaku kah isyarat untuk rektor UI yang saya pernah tuliskan di kompasiana ini tahun 2019?" Sebelum menjawab hal tersebut secara gamblang, ijinkan saya menceritakan isi awal presentasi saya (waktu itu mewakili Direktur DRPM UI) di hadapan para Ketua LPPM atau yang mewakili PTN/PTS seluruh Indonesia tentang manajemen riset dan pengmas di UI.Â
Kala itu, saya menampilkan slide yang menggambarkan bagaimana posisi relatif UI (kekuatan dan kelemahan) terhadap University of Chulalongkorn (ranking 208 QS WUR 2021, University of Mahidol (ranking 252 QS WUR 2021), dan University of Malaya (ranking 59 QS WUR 2021) dan mengatakan bahwa, " UI mengambil sikap tidak memandang universitas-universitas ternama di Indonesia (seperti ITB dan UGM) sebagai lawan-dalam hal ini sebagai pembanding-karena UI menganggap universitas-universitas tersebut sebagai teman dan mitra yang harus diajak bekerja sama untuk mengalahkan peringkat universitas-universitas ternama di Asia Tenggara. Mereka lah sebenarnya lawan kita".
Tampaknya, apa yang pernah saya ucapkan dan tuliskan tak sepadan lagi dengan kondisi UI saat ini. Tak perlu lagi bercita-cita mengalahkan UKM dan belajar dari UPM untuk urusan konsistensi peningkatan peringkat QS WUR; Pun tak perlu lagi melihat perguruan-perguruan tinggi ternama di Asia Tenggara sebagai pembanding.Â
UI tampaknya perlu melihat UGM sebagai pembanding dan belajar dari UGM yang secara konsisten berhasil menaikkan ranking QS WUR nya dalam 3 tahun terakhir ini. Ranking QS WUR UGM tahun 2021 bahkan jauh melampaui UI dan ini merupakan kali pertamanya UGM mengalahkan peringkat ranking UI di QS WUR.Â