Mohon tunggu...
Ugit Rifai
Ugit Rifai Mohon Tunggu... Guru - Learn, Invent, Dedicate

Muncul dan membesar di Cirebon atau Cerbon. Pernah menetap di Bandung selama 9 tahun untuk kuliah dan bekerja. Sekarang sudah kembali dari perantauan dan menetap di Cerbon. Dengan kesibukan mengajar sehari-hari, masih sempat menyenangi membaca dan menulis. Internet adalah wadah utamanya. Karena kalau nulis di media belum tentu dimuat. hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Namaku Terlahir dari Tampomas

16 September 2010   13:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Namaku Mughits Rifai. Terlahir dari rahim ibuku lebih kurang satu tahun pasca tragedi menggemparkan yang 'memaksa' musisi Iwan Fals menggubah sebuah lagu. Lagu yang mungkin membangkitkan kenangan pahit bagi siapapun yang terhubung dengan peristiwa itu. Saya biasa dipanggil 'Ugit' yang tidak ada artinya sama sekali, paling tidak dalam bahasa-bahasa yang saya ketahui. Tapi, 'Mughits Rifai' punya arti yang sungguh di luar dugaan saya. Thank you, dad for giving me such a unique name.

Dulu waktu saya belajar bahasa arab, pernah bertanya kepada guru saya tentang arti nama saya, Mughits dan Rifai. Menurut beliau 'Mughits' berarti penolong diambil dari akar kata Aghatsa yang berarti menolong. Sedangkan Rifai berasal dari akar kata Rafa'a yang berarti mengangkat. Sampai di sini saya belum bisa menemukan kaitan antara Mughits dan Rifai. Sangat berbeda dengan Abdur Rohim yang artinya bisa langsung dikaitkan, Hamba (Tuhan Dzat) Penyayang. For some periods of time, I let myself not knowing the exact meaning of my own name.

Beberapa masa kemudian, dan ini saya tau saat Bapak sudah tidak ada, Ibu bercerita mengenang Bapak. Menurut Ibu saya diberi nama Mughits Rifai karena waktu itu ada kejadian penting. Sebuah kapal besar yang mengangkut 1.000 lebih penumpang mengalami kecelakaan. Sang kapten berusaha menyelamatkan sebanyak-banyaknya penumpang dengan perahu penyelamat yang ada. Sisanya mereka menyelamatkan diri dengan menceburkan diri ke laut dan berenang menjauhi kapal. Sedang sang kapten memilih tetap bersama kapalnya sambil tetap mencoba menyelamatkan yang tersisa. Akhirnya sang kapten terbawa tenggelam bersama kapalnya. Sumber-sumber menyebutkan sekitar 700-an jiwa dinyatakan selamat. Kapal tersebut diberi nama Tampomas II, dan sang kapten adalah Rifai.

Sekarang saya mengerti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun