Mohon tunggu...
Aan Anugrah
Aan Anugrah Mohon Tunggu... -

web contributor

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kawah Ijen Antara Surga dan Neraka

18 Juli 2012   12:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:49 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1342676816965695691

Ijen merupakan salah satu gunung berapi aktif diantara gunung berapi lainnya di Indonesia. Secara administratif gunung Ijen terletak pada duakabupaten yaitu sebelah barat adalah Bondowoso dan sebelah timur adalah Banyuwangi di propinsi Jawa Timur. Gunung Ijen memiliki ketinggian 2.368 m dari atas permukaan laut.Konon, kawah Ijen berawal dari letusan dasyat gunung berapi raksasa Ijen selama periode geologi pleistosen -150.000 tahun yang lalu - yang selanjutnya membentuksebuah kaldera. Sementara dalam catatan sejarah ditulis bahwa Ijen telah 4 kali mengalami erupsi di tahun 1796, 1817, 1913 dan 1936.

Kawah Ijen merupakan kawah terluas di Jawa yaitu berdiameter20 km di mulai dari tepi gunung Kendeng ke puncak gunung Merapi. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 900 meter x 600 meter dengan kedalaman 200 meter. Kawah ini terletak di kedalaman lebih dari 300-500 meter di bawah dinding kaldera. Adapun disebut dengan Ijen (bahasa Jawa) yang berarti sendirian dalam bahasa Indonesia sebabgunung ini satu-satunya yang aktif di komplek kaldera Ijen.

Sebagaimana gunung berapi lainnya, gunung Ijen memberikan berkah bagi alam di sekitarnya. Selain menyajikan keindahan alam yang sangat luar biasa yaitu kaldera dan kawah Ijen. Tanah vulkanik di sekitar

Ijen menyimpan kadar mineral yang sangat besar sehingga menjadikan berbagai tanaman tumbuh subur di sana . Diantaranya terdapat kopi, cengkeh, strawberry, cemara, pinus dan berbagai macam bunga seperti edelweiss dan lily.

Kondisi yang sangat potensial inilah yang menjadi pengharapan banyak pihak untuk menikmati berkah dari Ijen. Bahkan sejak jaman Belanda (sekitar tahun 1850) kawasan Ijen menjadi target andalan untuk perkebunan kopi, dimana sekarang ini kepemilikannya beralih pada PTPN XII yang mempunyai lahan 4000 ha. Selanjutnya pihak perhutani mempunyai area untukpohon jati, pinus dan cemara. Sementara pihak BKSDA menaungi areal cagar seluas 52.000 ha . Tidak ketinggalan sektor pariwisata menempati bagian ini.

Dan menariknya, Kawah Ijen memberikan hasil alam berupasumber belerang yang menjadi berkah bagi para penambang tradisional berasal dari beberapa desa disekitarnya.

Surga Ijen

Alam Ijen yang menakjubkan tak dapat disangkal lagi. Sajian awal alam Ijen bisa dirasakan berawal dari desa Sukosari kecamatan Wonosari - Bondowoso, orang dapat melihat pemandangan penuh pinus, cemara, mahoni di sepanjang jalan menuju kaldera Ijen. Area hutan lindung dengan pohon-pohon yang berumur ratusan tahun menghiasi perjalanan itu. Tak jarang kita bisa menemukan sekelebatan babon diantara rimbunnya hutan.

Selanjutnya kita memasuki gerbang kaldera pos Malabar, dari pos ini pengunjung bisa melihat punggung gunung raung yang tampak dekat dengan dinding kaldera pegunungan kendeng di sebelah lajur kiri. Pada pagi hari matahari menyeruak diantara gunung Ijen, beriring dengan bermunculanya ratusan kicau burung yang riuh. Suguhan panorama kaldera Ijendan kepulan asap kawah Ijen nampak dari jarak ini.

Pada pos berikutnya yaitu Paltuding, perjalanan yang dilalui adalah hotmix yang berkelok melandai sepanjang punggung kaldera yang terdapat di di satu sisi dan lereng yang penuh dengan kebun kopi di sisi lainnya. Setelah melampaui jarak 6 km sampailah pada cekungan kaldera yang terdapat bentangan sumur lava yang telah mengering.

Berikutnya memasuki area kebun petani di lahan perhutani dengan tanaman kol……dsb hingga memasuki pos ketiga…………….., disitulah mulai dirasakan aroma belerang dan keindahan hamparan edelweiss dapat dinikmati.

Perjalanan dilanjut dengan pendakian sekitar 4 km melewati hutan rimba yang masih ditumbuhi pohon-pohon cikatz (………). Dalam perjalanan sering ditemukan ayam hutan dan landak. Setelah melalui kerimbunan pohon pengunjung dihadapkan pada suasana yang lapang, di situlah orang dapat melihat danau kawah Ijen berwarna hijau tosca diselimuti asap belerang.

Bila dilanjutkan 2 km ke atas orang akan mendapatkan pemandangan kawah yang lebih lapang, dengan suhu sekitar 15 derajat celcius.

Neraka Ijen

Suhu kawah Ijen mencapai 200 derajat celcius, sementara derajat keasamannya (pH) o,5 yang merupakan angka yang sangat tinggi. Sejak di Paltuding sudah dapat ditemukan para penambang yang beraktifitas. Sejumlah laki-laki dengan sepatu boot, pakaian lusuh dan pikulan keranjang belerang. Mereka berjalan sepanjang sekitar 4 km untuk mencapai lokasi belerang. Turun melalui dinding kawah yang terjal sepanjang 700 m. Didasar kawah, sejajar dengan permukaan danau terdapat tempat pengambilan belerang. Asap putih pekat keluar menyembur dari jajaran pipa besi yang dihubungkan ke sumber belerang. Lelehan 600 derajat C fumarol berwarna merah membara meleleh keluar dan membeku karena udara dingin, membentuk padatan belerang berwarna kuning terang. Terkadang bara fumarol menyala tak terkendali, yang biasanya segera disiram air untuk mencegah reaksi piroporik berantai.

Di lokasi, para penambang mencongkel belerang dengan linggis yang telah memadat berwarna merah kekuningan. Setelah belerang dipotong, para penambang meletakkan belerang seberat antara 60 – 80 kg di dua keranjang dan melatakkan pikulan keranjang pada pundaknya tanpa pengaman. Mereka berjalan melalaui jalan setapak yang dilalui sebelumnya menyusuri tebing kaldera menuruni gunung.

Catatan

Tulisan ini tentu tidak bermaksud untuk menciptakan ambigu public terhadap kawah Ijen. Tetapi lebih pada mengajak publik untuk melihat sesuatu secara komprehensif; satu sisi melihat Ijen sebagai kekayaan alam yang luar biasa menakjubkan, tanahnya yang subur serta kandungan belerangnya yang melimpah. Di sisi lain, terdapatfenomena para penambang belerang yang bekerja dalam kondisi penuh resiko menantang maut.

Potensi luar biasa kawah Ijen semestinya bisa berdampak pada masyarakat, khususnya yang tinggal di desa kaki gunung Ijen. Fenomena penambang belerang perlu dipelajari lebih dalam untuk menemukan pemberdayaan yang tepat. Penting menemukan sandaran kebijakan yang melindungi hak hidup mereka, menemukan persoalan sistem yang samapai saat ini menjerat mereka menjadi kelompok marginal, serta menelusuri sejarah sosial agar bisa melihat kondisi kekinian.

Dalam hal ini beberapa agenda yang perlu diperhatikan :

·Membuat konsep usaha penambangan yang sesuai dengan aturan; UUD, UU SDA, UU Tenaga Kerja, memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

·Membuat konsep pariwisata yang berbasis kepentingan rakyat; yaitu menyajikan keindahan alam dan kecerdasan sosial jadi bukan menjual kemiskinan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun