Mohon tunggu...
UG DANI
UG DANI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mencintai dunia sastra dengan menghadirkan karya-karya bertema cinta dan perjalanan hidup. Menulis beberapa buku sebagai bentuk apresiasi terhadap pengalaman dan perasaan, sekaligus berkontribusi dalam mendukung literasi dan membangun semangat membaca. Beberapa karyanya antara lain antologi puisi Sebelum Hujan Turun Lagi, kumpulan cerpen Sebuah Esai Kehidupan, dan novel Jejak di Persimpangan Waktu. Selain itu, pernah turut serta menulis dalam Rollercoaster, kumpulan cerpen yang diterbitkan oleh Firaz Media.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebelum Kau Pergi dari Sudut Hatiku

8 Februari 2025   14:05 Diperbarui: 8 Februari 2025   14:05 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Pixabay 

Aku dan Bayanganmu

Malam ini aku kembali terjaga. Ada sesuatu yang mengusik di sudut batinku, sesuatu yang entah mengapa selalu hadir setiap kali aku mencoba untuk melupakanmu. Aku duduk di sudut kamar, menatap jendela yang setengah terbuka, membiarkan angin malam masuk dan mengisi ruangan dengan hembusan lembutnya. Seperti dirimu, angin ini selalu datang tanpa diundang, meninggalkan jejak yang tak mudah dihapus.

Aku ingin pergi jauh. Aku ingin menghapus semua mimpi tentangmu, agar tak ada lagi alasan bagiku untuk menoleh ke belakang. Tetapi bagaimana mungkin? Kau adalah bayangan yang tak bisa kuhapus, kenangan yang terus berbisik meski aku telah berusaha menutup telinga.

Dulu, aku pernah percaya bahwa kita adalah takdir. Kau datang dengan cara yang sederhana, tapi meninggalkan luka yang begitu dalam. Kita berbagi cerita, berbagi tawa, bahkan berbagi mimpi. Kau selalu berkata bahwa hidup adalah perjalanan panjang, dan setiap pertemuan pasti akan diakhiri oleh perpisahan.

Aku hanya tak menyangka, bahwa perpisahan kita akan terasa secepat ini.

Saat Senyummu Masih Nyata

Aku ingat senyummu.

Senyum yang dulu menjadi pelita dalam malam-malam gelapku. Senyum yang kau berikan tanpa beban, seolah dunia tak pernah menyakitimu.

Aku ingat bagaimana kau selalu datang dengan segelas kopi di tangan, duduk di sebelahku, dan mulai bercerita tentang segala hal---tentang hujan yang turun di pagi hari, tentang buku yang baru saja kau baca, atau tentang angin yang meniup dedaunan di taman belakang rumah.

Aku masih bisa mendengar suaramu di dalam kepalaku. Masih bisa merasakan hangatnya kehadiranmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun