Aku dan Bayanganmu
Malam ini aku kembali terjaga. Ada sesuatu yang mengusik di sudut batinku, sesuatu yang entah mengapa selalu hadir setiap kali aku mencoba untuk melupakanmu. Aku duduk di sudut kamar, menatap jendela yang setengah terbuka, membiarkan angin malam masuk dan mengisi ruangan dengan hembusan lembutnya. Seperti dirimu, angin ini selalu datang tanpa diundang, meninggalkan jejak yang tak mudah dihapus.
Aku ingin pergi jauh. Aku ingin menghapus semua mimpi tentangmu, agar tak ada lagi alasan bagiku untuk menoleh ke belakang. Tetapi bagaimana mungkin? Kau adalah bayangan yang tak bisa kuhapus, kenangan yang terus berbisik meski aku telah berusaha menutup telinga.
Dulu, aku pernah percaya bahwa kita adalah takdir. Kau datang dengan cara yang sederhana, tapi meninggalkan luka yang begitu dalam. Kita berbagi cerita, berbagi tawa, bahkan berbagi mimpi. Kau selalu berkata bahwa hidup adalah perjalanan panjang, dan setiap pertemuan pasti akan diakhiri oleh perpisahan.
Aku hanya tak menyangka, bahwa perpisahan kita akan terasa secepat ini.
Saat Senyummu Masih Nyata
Aku ingat senyummu.
Senyum yang dulu menjadi pelita dalam malam-malam gelapku. Senyum yang kau berikan tanpa beban, seolah dunia tak pernah menyakitimu.
Aku ingat bagaimana kau selalu datang dengan segelas kopi di tangan, duduk di sebelahku, dan mulai bercerita tentang segala hal---tentang hujan yang turun di pagi hari, tentang buku yang baru saja kau baca, atau tentang angin yang meniup dedaunan di taman belakang rumah.
Aku masih bisa mendengar suaramu di dalam kepalaku. Masih bisa merasakan hangatnya kehadiranmu.