Mohon tunggu...
Ugahari Nurul
Ugahari Nurul Mohon Tunggu... -

a warrior of life who always struggle to get my pride and glory

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sebuah Daerah Bernama Krayan

4 Januari 2013   09:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:31 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, tepatnya tanggal 3 Januari 2013 saya menonton sebuah acara yang bagus sekali di +TRANS 7 bertajuk Indonesiaku. Di episode kali ini, Indonesiaku membahas tentang sebuah daerah perbatasan Indonesia dengan Serawak, Malaysia yang bernama Krayan.

sebuah desa di Krayan

Krayan adalah bagian dari negara Indonesia yang merupakan bagian dari kecamatan Nunukan, Kalimantan Timur dimana penduduknya merupakan Suku Dayak asli Kalimantan yakni Suku Dayak Lundayeh. Ada banyak hal yang membuat saya tersentil atas tayangan ini.

wanita dayak lundayeh

Pertama, kondisi jalanan di Krayan yang luar biasa banget. Tanpa aspal, hanya jalanan tanah merah yang begitu becek dan tentu saja, kotor. Kita gak akan menemukan bangunan megah seperti Mall, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan yang biasa kita temui di Jawa dan Jakarta. Hanya semak, pohon-pohon, serta alang-alang yang jadi penghias dan pemandangan disepanjang jalan.

salah satu sudut jalanan krayan. (luar biasa bgt!)

Kedua, penduduk di Krayan terbiasa 'mengisi' perut mereka dengan produk dari Malaysia karena sulitnya akses menuju Indonesia. Barang-barang yang dijual di 'warung-warung merupakan produk asal Malaysia. Macam-macam deh, mulai dari snack, biskuit, hingga GAS dan AIR MINERAL. Sementara pemerintah di sini sibuk banget melakukan konversi dari kompor minyak ke kompor gas, saudara-saudara kita TERNYATA tidak mendapatkan ELPIJI namun Shell seharga Rp. 250.000 per tabung gas 14kg. Sekali lagi, produk Malaysia.
Ketiga, alat transportasi. Saking gak adanya akses dari Krayan ke Indonesia, untuk distribusi mobil pun gak memadai. Maka, penduduk di Krayan terpaksa membeli mobil bekas dari Malaysia buat mobilisasi mereka sehari-hari. Karena kendaraan tersebut masuk dalam kategori ilegal, jadi gak ada pajak kendaraan di Krayan. Platnya aja bukan KT tapi L, hehehehe.
Keempat. Krayan merupakan penghasil beras organik terbaik se-Kalimantan Timur. Sayangnya, beras-beras tersebut hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Yaitu, kalangan penduduk Krayan sendiri dan tempat mereka menjual beras tersebut, Malaysia dan Brunei (iya, kita gak kebagian icip-icip, hiks). Sekali lagi, semua itu terjadi karena tidak adanya akses bagi Krayan ke Indonesia.
Ironis banget bukan. Bagaimana kita dengan mudahnya mendapatkan segala keperluan dari negara sendiri tapi tetep dengan rajinnya menghujat pemerintah serta menuntut ini dan itu sehingga sahabat-sahabat kita di sebuah pelosok antah berantah harus rela terbelakangi demi pemerintah memenuhi tuntutan kita. Dan mereka, untuk masuk wilayah negaranya sendiri aja susah. Hingga terkenallah sebuah anekdot yang miris:
'Garuda di dadaku, Malaysia di perutku.'
Gak berlebihan deh kalo saya bilang, masyarakat Indonesia Timur itu tangguh-tangguh :')

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun