Perkekembangan teknologi social media harusnya mampu membuat masyarakatnya menjadi cerdas, namun sepertinya ini tidak terjadi di negara Indonesia. Dengan perkembnagannya yang sangat cepat justru membuat pola pikirnya sangat sempit.
Ini mungkin tidak berlebihan untuk diungkapkan bila kita melihat fenomena akhir-akhir ini yang sangat menggelikan, di negara kita tercinta ini. media social lebih sering  digunakan sebagai ajang unjuk diri agar lebih dikenal dimasyarakat luas alih-alih digunakan untuk mendulang informasi yang bermanfaat.
Untuk dikenal dimasyarakat luas ada dua cara yang harus dilakukan, cara pertama, kita harus sangat berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia atau menemukan sesuatu yang sangat baru untuk kebutuhan manusia. Namun cara pertama ini meskipun sangat positif, media enggan untuk mengangkat beritanya karena tidak dapat mengundang keramaian dan caci maki.
Cara kedua yang harus dilakukan agar membuat diri kita terkenal adalah membuat kegoblokan yang hqq, membuat sebuah kegoblokan yang mampu memicu masyarkat untuk melemparkan makian dan sumpah serapah. Dengan kegoblokan ini membuat diri kita lebih akan cepat diangkat oleh media dan terkenal serta akan dibahas 7 hari 7 malam sehingga sebagian masyarakat yang mulanya cerdas ikut menjadi goblok karena pemberitan yang tiada henti.
Fenomena akhir-akhir yang terjadi adalah masyarakat kita lebih memilih cara kegoblokan yang hqq untuk membuatnya viral, sebagai contoh yang terbaru adalah adanya prank sampah, penyiksaan hewan dan mempermainkan ibadah. Selain contoh tersebut tentu masih banyak contoh kegoblokan yang mampu membuat kita viral dan dikenal dimasyarakat.
Namun disisi lain kegoblokan yang dilakukan agar membuat viral dapat mengundang ketenangan dimasyarkat, contohnya adalah viral karena pornografi, biasanya bila ada berita viral tentang pornografi masyarakat kita akan rukun dan bersatu serta gotong royong untuk memiliki link vidionya tanpa ada makian dan sumpah serapah yang dilontarkan. Sepertinya viral begini yang harusnya terus diperbanyak hehehe.
Kita pun sebenarnya bertanya-tanya kenapa orang-orang lebih memilih jalur kegobolokan untuk memperkenalkan diriniya ? namun apa yang saya amati adalah dengan kegoblokan, mereka menjadi viral dan mendapatkan tempat dimedia dan media besar juga ikut mengangkat namanya serta membuat nama mereka lebih menjual dan menjadi lading orang lain untuk memasang iklan.
Dengan fakta itu menjadikan orang-orang berlomba untuk menjadi viral meskipun jalurnya salah, ini yang membuat kita miris, selain media kebanyakan konsumsi konten masyarakat Indonesia sangatlah buruk mereka menyukai konten unfaedah dari pada konten-konten edukasi yang lebih memberi wawasan.
Lalu kenapa hal ini sangat menjamur dimasyarakat dan bahkan trennya pun meningkat akhir-akhir ini ?. selain alasan diatas satu fakta yang ada adalah, adanya kekuatan dari materai 6000, pada saat ini penggunaan materai 6000 sangat meningkat karena kekuatannya yang sangat besar sebagi proteksi atas masalah yang diperbuat.
Orang-orang tidak berpikir dua kali untuk membuat kegoblokan dan kebodohan dimasyarkat jika mereka beruntung, kegoblokan mereka akan menjadi pundi-pundi rupiah karena akan akan melalang buana dimedia dan telivisi. Namun jika mereka sial dan kegoblokan mereka sangat meresahkan dan menuju jalur hukum mereka akan mengeluarkan jurus materai 6000 agar terhindar dari jerat hukum dan berdamai dengan keadaan namun tentu akan berpotensi mengulanginya .
Masyarkat waras biasanya tidak akan terpengaruh dengan keviralan tersebut, namun dengan adanya pemberitaan yang terus menerus tentu dapat mempengaruhi seseorang yang waras dan berpotensi mengikuti jejak keviralan mereka. Jika semuanya menjual kegoblokan lalu konten apa yang dapat kita nikmati ?.