Mohon tunggu...
Ufqil mubin
Ufqil mubin Mohon Tunggu... Jurnalis - Rumah Aspirasi

Setiap orang adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kasus Plagiat Merongrong Akal Sehat

30 Agustus 2014   00:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:08 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Merasa Tidak Berdosa

Kasus plagiat dalam penulisan skripsi di Indonesia memang bukan kasus baru, bahkan ini sudah menjadi konsumsi publik sejak lama. Institusi pendidikan yang seharusnya melahirnya sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan kerja, membangun bangsa kearah yang lebih baik, dan bersaing dikancah global. Malah sebaliknya yang lahir pribadi-pribadi yang tidak siap untuk menempuh berbagai ujian, pun itu yang berkaitan dengan pembuatan karya akhir untuk mendapatkan gelar sarjana.

Tadi malam (28/8) saya bertemu dengan seorang alumni Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta), IW yang katanya sudah lama menjalani bisnis pembuatan skripsi bagi mahasiswa yang sedang menjalani tugas akhir. Dengan wajah riang dan argumentasi yang berapi-api, ia menyayangkan adanya mahasiswa yang memakai jasanya untuk dibuatkan skripsi.

IW juga mengungkapkan begitu lemahnya sumber daya manusia yang lahir dari Unikarta. Harusnya mahasiswa diakhir perkuliahannya mampu untuk membuat karya yang bermanfaat untuk masyarakat luas, malah sebaliknya yang lahir orang-orang yang tidak tahan dengan berbagai proses yang harus dijalani ketika menyusun skripsi.

Selain itu, IW mengungkapkan kendala utama yang menjadi penyebab mahasiswa ingin dibuatkan skripsinya oleh orang lain karena kebanyakan dosen pembimbing ikut mempersulit penyusunan skripsi. Dosen pembimbing, jelas IW, tidak memberikan bimbingan maksimal kepada mahasiswanya. “Bagi mereka yang punya uang dan sibuk dengan pekerjaan, mending mereka meminta dibuatkan oleh orang lain,” katanya dengan penuh antusias dan terkesan membela diri.

IW membandingkan dengan dosen pembimbing di luar negeri yang betul-betul mendampingi, membimbing dan memberikan arahan kepada mahasiswa. “Kalau pembimbing diluar negeri memang betul-betul membimbing, kalau pembimbing disinikan bikin mahasiswa trauma kan,”dengan entengnya melakukan pembelaan diri terhadap aktivitas bisnis haram yang selama ini ia geluti.

Padahal, sadar atau tidak ia sedang membentuk raksasa besar yang bernama kebodohan. “Niat awalnya hanya membantu,” jelasnya singkat. Mungkin benar demikian, tapi pada dasarnya kalau memang berkenan ingin membantu, masih banyak cara yang lebih mengarahkan pada kebaikan, misalnya mengajarkan cara menulis, menyusun skripsi yang baik dan benar, sampai pada metode menjawab hujan kritik dari dosen penguji. Saya yakin itu lebih mulia.



Perketat Syarat dan Pengujian

Sahabat saya yang sering memantau perkembangan daerah dan pro aktif terhadap pengembangan mahasiswa mengatakan adanya jasa pembuat skripsi adalah bentuk penjajahan baru bagi mahasiswa. Harusnya di dunia pendidikan tinggi itu tidak terjadi. Tri dharma perguruan tinggi yang memuat pendidikan, penelitian dan pengabdian sesungguhnya terangkum dalam penugasan skripsi.

Dalam hal pendidikan, mahasiswa bisa belajar menulis dan mengembangkan nalar intelektualnya. Lebih daripada itu, penelitian yang terangkum dalam skripsi bisa memberikan pelajaran bagi mahasiswa tentang metodogi, cara menyusun laporan, sampai pada pertanggungjawabannya dihadapan dosen penguji.

Sedangkan dari sisi pengabdian, erat kaitannya dengan hasil penelitian itu sendiri. Mahasiwa bisa menyebarkan ilmu pengetahuan yang bisa bermanfaat secara praktif bagi masyarakat. Bayangkan, apabila di satu perguruan tinggi bisa menyorot puluhan obyek yang akan diteliti, artinya akan lahir pengetahuan baru yang bisa direkomendasikan untuk perbaikan daerah, bangsa dan negara.

Kedepan, kita ingin melihat bangsa ini membentuk manusia-manusia yang cinta terhadap ilmu pengetahuan. Salah satu cara yang paling mendasar yaitu memberikan bimbingan kepada mahasiswa untuk mandiri dalam melahirkan karya-karya yang bermanfaat.

Adanya jasa pembuatan skripsi, saya yakin tidak terlepas dari lemasnya kontrol dari pejabat perguruan tinggi. Sejauh ini, disejumlah kampus yang ada belum berani untuk memberikan efek jera terhadap mahasiswa dan pelaku pembuat skripsi. Sayangnya ini dianggap sebagai peluang bagi mereka yang melihat peluang dengan cara-cara yang merugikan banyak pihak.

Saya kira, yang paling paling mendasar yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi untuk memerangi kasus plagiatisme adalah dengan memberikan pengajaran secara intensif kepada mahasiswa tentang cara menulis, sistematika penulisan, memperketat pengujian, memberikan bimbingan maksimal, dan mengenakan sanksi tegas yang membawa efek jera bagi mahasiswa yang melakukan plagiat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun