Dalam satu ruangan, seorang penguji berdiri di depan puluhan calon santri. Dia akan menyebutkan kata Arab yang akan ditulis sebanyak tiga kali. Kita diwajibkan mendengarnya terlebih dahulu. Jika calon santri terbukti menulis sebelum dipersilakan, maka yang bersangkutan akan mendapat teguran bahkan dikeluarkan. Setelah disuruh, calon pelajar akan menulis kata-kata yang disebutkan penguji tersebut. Waktu saya mengikuti ujian masuk pesantren itu, ada sekira 30 kata Arab yang ditulis dalam kertas kosong yang diberikan panitia.
Setelah selesai menulis kata-kata Arab tersebut, penguji akan membacakan ulang seluruh kata yang telah didikte. Calon santri diminta memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul. Di tengah waktu yang terbatas, ada banyak kemungkinan terjadi kekeliruan penulisan. Maka saat perbaikan tersebut, dibutuhkan konsentrasi penuh agar dapat melihat dan mencerna kesalahan tulisan kata-kata Arab itu.
Selain Alquran, ujian 'imla menempati urutan penting dalam seleksi masuk Pondok Modern Darussalam Gontor. Secara pribadi, saat memutuskan masuk pesantren itu, saya tidak memiliki kemampuan menulis Arab. Butuh waktu sebulan, saya belajar menulis huruf-huruf Arab bersama calon santri lain di salah satu pesantren yang tak jauh Gontor.Â
Panitia juga menyediakan kesempatan bagi calon pelajar untuk dilatih bersama ratusan calon santri lainnya. Tinggal orang tua memilih dan mengarahkan anaknya. Kesempatan bimbingan tersebut harus dipergunakan semaksimal mungkin. Karena itu akan menentukan diterima atau tidak di pesantren yang menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris itu.
Sekian. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H