Mohon tunggu...
Ufqil mubin
Ufqil mubin Mohon Tunggu... Jurnalis - Rumah Aspirasi

Setiap orang adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teknologi dan Masa Depan Pendidikan

14 Juli 2018   17:34 Diperbarui: 14 Juli 2018   18:10 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada yang menyebut, ke depan manusia tidak lagi memerlukan perguruan tinggi formal yang terkonsentrasi di lokasi tertentu. Juga manusia tidak lagi membutuhkan pendidikan formal maupun nonformal. Ironisnya lagi, setiap pelajar tidak lagi membutuhkan guru, dosen, dan bahkan pembimbing.

Jika ramalan yang telah dikemukakan di atas benar, maka pola pembelajaran yang akan diterapkan pada saat ini dan di masa yang akan datang, manusia akan mencukupkan diri dengan bermodalkan teknologi, sehingga dapat belajar secara otodidak dengan fasilitas yang memadai.

Akan tetapi, di sisi lain ramalan di atas sangat lemah jika ditinjau dari perspektif pemikiran dan realitas dewasa ini. Di mana setiap pengguna teknologi hanya menggunakannya untuk bermain. Sangat sedikit yang mengakses informasi yang menguntungkan bagi masa depan umat manusia. Antara lain menyebarkan berita yang tidak jelas asal-usulnya dan mengunggah informasi yang tidak berguna bagi publik.

Khusus di Kalimantan Timur, penulis amati, mahasiswa yang terkenal dengan julukan sang revolusi atau garda terdepan untuk perubahan, malah asyik beronani dengan teknologi. Padahal, sejatinya teknologi dapat digunakan untuk mengembangkan pendidikan, menciptakan peradaban, dan membangun masa depan kemanusiaan.

Mewujudkan Indonesia yang maju dibutuhkan para pemuda yang serius dalam pendidikan. Kalau bukan kita yang mengecap pendidikan pada hari ini dan masa yang akan datang, maka tidak akan ada satupun yang memajukan Indonesia.

Teknologi perlu dimanfaatkan dengan baik dan benar. Setidaknya sebagai media penunjang untuk mengasah kemampuan dan potensi yang kita miliki. Tentu saja tujuannya demi masa depan kita dan generasi yang datang kemudian.

Tetapi di tengah fenomena yang kian runyam, apakah teknologi yang salah atau individu-individu yang menggunakan teknologi yang salah, sehingga muncul penyakit kecanduan teknologi yang akhirnya digunakan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat?

Cukup sekian. Lain kali akan saya jawab pertanyaan tersebut lewat artikel yang berbeda. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam

bissowab.

Oleh: Abdullah Dul Abdullah 
(Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam Universitas Kutai Kartanegara Tenggarong Kalimantan Timur)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun