Mohon tunggu...
M.Fahrudin Hidayat UdrinG
M.Fahrudin Hidayat UdrinG Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Buku dan rumah di lereng gunung Perahu di tengah kebun kopi tanpa televisi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Matilah Kau!

2 Desember 2014   04:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:17 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Makna Mati (Mengelabui Ilmu Kematian…)

Sekali berarti, setelah itu mati. Salah satu bait puisi Chairil Anwar tersebut mengandung makna yang memalung, terasa sangat dalam. Setiap yang mengalami hidup pasti juga akan merasakan mati. Tapi dalam rentang hidup sebelum mati tersebut ada yang hambar sia-sia dan ada pula yang memprasasti penuh makna.

Setidaknya ada 12 makna mati yaitu : 1). Sudah hilang nyawanya, tidak hidup lagi; 2). Tidak bernyawa, tidak pernah hidup; 3). Tidak berair; 4). Tidak berasa lagi; 5). Padam; 6). Tidak terus, buntu; 7). Tidak dapat berubah lagi, tetap; 8). Sudah tidak dipergunakan lagi; 9). Tidak ada gerak atau kejadian, seperti bubar; 10). Diam atau berhenti; 11). Tidak ramai; 12). Tidak bergerak.

Setiap makhluk yang mengalami mati pasti termasuk ke dalam 12 kategori ini. Orang bisa menilai setiap peristiwa kematian dengan mencocokan termasuk kategori mana. Ada yang mati sama dengan kategori kematian binatang atau tumbuhan, tapi ada yang memang layak dikategorikan matinya manusia.

Epigraf dari kategori kematian tersebut ternyata bisa memunculkan bermacam nama khusus. Misalkan mati sahid, konyol, gugur, tewas, mampus, meninggal dunia, wafat, dan sebagainya. Kematian juga bisa menciptakan beragam emosional orang yang ditinggal, ada yang menangisi dan ada yang bersuka-cita.

Amrozi cs. yang mati karena dieksekusi, ternyata orang dalam menilai kematiannya bisa berbeda. Ada yang menilai mati sahid, ada juga yang menganggap mati biasa dan tidak sahid. Bahkan ada yang menuduh mati konyol.

Bagi yang ”terlanjur” hidup pasti menyadari akan mati. Meski begitu ada yang menyiapkan diri menghadapi kematian dan ada yang tak pernah siap. Bahkan ada yang merasa akan hidup terus dan tak mau mati.

Tapi lepas dari itu semua, mati adalah ilmu maha tinggi yang tidak semua orang berhasil meraih kandungan hikmahnya. Banyak orang gagal total meraih ilmu kematian. Bahkan ada yang mencoba ”mengelabui” ilmu kematian dengan melakukan 2 tindakan yang saling berlawanan. Misal, menunaikan ibadah haji berkali-kali tapi sekaligus melakukan korupsi bertubi-tubi.

kepinG-kepinG udrinG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun