Mohon tunggu...
Udo Z Karzi
Udo Z Karzi Mohon Tunggu... -

Tukang tulis. Lebih suka disebut begitu. Meskipun, jarang-jarang dibaca kompasianer. Hehee... Yang penting nulis aza. Biar nggak kenat-kenut...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Buku 'Mamak Kenut' Terbit

6 Agustus 2012   08:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:11 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_191640" align="alignleft" width="300" caption="Mamak Kenut, Orang Lampung Punya Celoteh. Udo Z. Karzi. Indepth Publishing, Bandar Lampung, Juni 2012. xxii + 226 hlm. ISBN: 978-602-18479-0-9."][/caption] ALHAMDULILLAH -- setelah tak kurang dari tujuh tahun penantian -- buku Mamak Kenut, Orang Lampung Punya Celoteh karyaku terbit juga akhir Juni 2012.  Terima kasih kepada Indepth Publishing, Bandar Lampung atas "kenekadan" menerbitkan buku ini.  Soalnya, berkali-kali penerbit menolak naskah ini. Alasannya,  terlalu "Lampung"  dan "kami tidak tahu pasar Lampung". Saya selalu tak enak hati kalau hendak mempromokan diri sendiri. Hehee...  Makanya,  saya cuplik aja beberapa komentar.  Ini dari Goodreads.com:

Mamak Kenut: Orang Lampung Punya Celoteh

by Udo Z. Karzi (Goodreads Author) Mamak Kenut: Orang Lampung Punya Celoteh 5.00 · rating details · 1 rating · 0 reviews SELURUH pergulatan dan pergelutan dalam kehidupan bangsa kita dapat dipandang sebagai usaha untuk mencari bentuk demokrasi. Demokrasi seperti apa yang sesuai dengan sistem sosial dan sistem nilai kita. Gagasan yang bergulir sejak 1908 ditandai oleh kebebasan (liberte), persaudaraan (fraternite), dan persamaan (egalite), dalam pandangan Udo Z. Karzi melalui tulisan-tulisan...more SELURUH pergulatan dan pergelutan dalam kehidupan bangsa kita dapat dipandang sebagai usaha untuk mencari bentuk demokrasi. Demokrasi seperti apa yang sesuai dengan sistem sosial dan sistem nilai kita. Gagasan yang bergulir sejak 1908 ditandai oleh kebebasan (liberte), persaudaraan (fraternite), dan persamaan (egalite), dalam pandangan Udo Z. Karzi melalui tulisan-tulisan yang diterakan dalam buku Mamak Kenut, Orang Lampung Punya Celoteh seperti proses yang tak berkesudahan. Hal ini terlihat dalam tulisan-tulisan dalam buku ini, ungkapannya dengan gaya satire. Satire memang cenderung rewel, bawel dan cerewet, kadang menggerutu, menghujat, tapi tak menggurui. Khas masyarakat kelas bawah, rakyat akar rumput, wong cilik. Beginilah satire khas Mamak Kenut yang terasa lekat: berkomentar tentang jeratan krisis multidimensi ia tidak tunjuk hidung, berseloroh soal degradasi menyeluruh kualitas hidup bangsa ia menepuk bahu kita semua, berkomentar tentang krisis politik yang memicu meluasnya konflik ia menyentil-nyentil saja, sampai bertanya apakah Tuhan sudah tidak mau lagi mendengar permohonan doa rakyat yang teraniaya, ia hanya mengingatkan, dan terus saja ingat-mengingatkan. Udo Z. Karzi, wartawan-penyair, penerima Hadiah Sastra Rancage 2008. Seorang generasi kini yang berkehendak “menyelamatkan” yang lokal untuk bisa bersanding dengan yang mondial. Udo memilih sebuah prosa yang hidup. Ia tidak memilih model kolom yang berat penuh refleksi, kontemplasi dengan referensi buku-buku. Bahasa Udo ringan, mengalir, lincah. Mengingatkan kita pada kolom Mahbub Djunaidi yang segar.(less) Paperback, 248 pages Published June 2012 by Indepth Publishing more details... ISBN13 9786021847916 edition language Indonesian original title Mamak Kenut: Orang Lampung Punya Celoteh [caption id="attachment_191641" align="aligncenter" width="429" caption="Peluncuran Buku "Mamak Kenut Orang Lampung Punya Celoteh" karya Udo Z Karzi (Zulkarnain Zubairi), jurnalis dan sastrawan Lampung (sebelah kiri), dibahas oleh Iwan Nurdaya Djafar (tengah) dan Iswadi Pratama (kanan), di Bandarlampung, Sabtu (14/7). (FOTO: ANTARA/Budisantoso Budiman)"]
1344241290438506228
1344241290438506228
[/caption] Beberapa endorsement (bisa dilihat di sini: Ulun Lampung): Mamak Kenut, adalah sebuah cara pandang khas orang-orang yang berada di bawah pusaran persoalan sosial politik dan (juga) kemanusiaan yang berlangsung di daerah ini. Ia (Mamak Kenut) berbicara dengan cara yang lugas, langsung, dan sering naïf terhadap apa saja yang dirasa telah atau “akan’ merusak nilai-nilai . Ini adalah semacam refleksi khas masyarakat bawah, sebuah humor yang pahit, sebuah cara bertahan yang harus dipertahankan. ………………………………………………………………………………………………………………… (Iswadi Pratama, seniman) Mamak Kenut adalah jelmaan King of Rumpi yang gampang tergoda nafsu untuk mencereweti urusan politik, olahraga, dangdut, hingga korupsi lewat gaya slebor kampung Negarabatin.  Sesungguhnya Mamak Kenut “dipintarkan” oleh kenyataan yang bodoh dan “dicerdaskan” oleh kondisi yang bebal.  Mamak Kenut adalah miniatur manusia bangsa ini yang dihujani kenyataan abnormal, sehingga nalar kian berdaya, tetapi tak becus membereskan apa pun selain menggerutu. ………………………………………………………………………………………………………………… (Binhad Nurrohmat, penyair) Saya kagum pada kemampuan Udo Z. Karzi menulis. Dalam kurun waktu tiga tahun (2002-2004), setidaknya ia telah menulis 101 tulisan untuk kolom Nuansa Lampung Post. Rinciannya, 34 judul tahun 2002, 33 judul tahun 2003, dan 34 judul tahun 2004. Tulisannya, komprehensif dan teliti. Maka, saya dengan ini memberinya predikat "kritikus yang cermat". ………………………………………………………………………………………………………………… (K.H. M. Arief Mahya, intelektual muslim) Buku yang ada di tangan Anda sekarang adalah pencerminan realitas kehidupan demokrasi di negeri ini. Untuk mempersubur kualitas kehidupan demokrasi, karya semacam ini layak untuk dibaca semua oleh kalangan sebagai bagian dari pertanggungjawaban masyarakat atas problem yang dihadapi bangsa ini. ………………………………………………………………………………………………………………… (Syarief Makhya, pengamat politik Universitas Lampung) Apa yang ditawarkan Mamak Kenut adalah humor kiranya. Namun, di balik lelucon ini ada masalah (baca: kebodohan) yang serius, yang bisa pembaca tertawa miris. Buku ini pantas dibaca orang-orang yang berselera tinggi. ………………………………………………………………………………………………………………… (Imelda, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun