Â
"Kalau jadi tinggal di Jatimulyo, boleh gak ya desanya saya genti jadi Pekon Kudan," kata saya ke Novan Saliwa yang mengomentari status saya itu.
Â
***
Â
Itu sudah, dalam sepekan ini setidaknya ada tiga peristiwa yang memaksa saya mulang pekon. Pertama, hati melonjak ikut berbangga setelah Festival Kopi Liwa (Liwa Coffee Festival) di Kecamatan Air Hitam cukup mengangkat nama Kabupaten Lampung Barat. Acara yang diselenggarakan Dinas Perkebunan setempat dalam rangkaian peringatan HUT Ke-24 Kabupaten Lampung Barat ini tercatat di Museum Rekor-Dunia Indonesi (Muri) sebagai rekor ke-7.084 untuk kategori sangrai kopi terbanyak.
Â
Dalam catatan MURI (http://www.muri.org), setidaknya ada empat kabupaten yang pernah memegang rekor menyangrai kopi terbanyak. Tahun 2011 rekor ini dipegang Kabupaten Banyuwangi (270 tungku oleh 300 peserta), tahun 2012 dipegang Kabupaten Malang (561 peserta), tahun 2014 dipegang Kabupaten Tabanan (735 peserta), dan tahun 2015 dipegang Kabupaten Lampung Barat (1.049 tungku). Bangga sih boleh, tetapi setelah ini apa, what next gitu loh.
Â
Kejadian kedua, saya mendapatkan kiriman buak tat. Tapi, berbeda dengan buak tat yang selama ini saya kenal. Sudah ada kreasi baru dengan bentuk dan tambahan rasa yang bikin tambah enak. Buak (kue) ini tadinya kue khas untuk lebaran, penayuhan (pesta perkawinan), atau upacara adat lain di Lampung Barat (termasuk Pesisir Barat kini). Untunglah sudah ada yang memodifikasi kue ini utk dijual kepada pengunjung. Sebuah potensi kuliner. Cuma belum begitu dikenal.
Â