Mohon tunggu...
Indra Afriza
Indra Afriza Mohon Tunggu... wiraswasta -

penyair dari harapan yang lama hilang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Titik Balik 1

12 Agustus 2010   15:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:05 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Beberapa tahun yang lalu, sewaktu masih lajang dan jalang..

Ada e-mail masuk. Dari anak itu lagi. Dia mengirimkan beberapa foto, dengan pose lebih panas dari yang sudah-sudah. Aku mengerti, dia sedang mencari perhatian. Pingin ditegur, pingin dimarahi, tapi di dekatnya tak ada seorangpun yang bisa dipercaya. Ujung-ujungnya aku mesti ke sana; Sekedar mengajak ngobrol, berlagak menasihati, cubit-cubit sedikit, terus berlagak sedih waktu pulang. Eh, sedihnya betulan! Aku memang sedih melihat perkembangan anak remaja seperti dia. Baru 15 tahun, hidupnya sudah ruwet seperti itu. Frustasi sedikit, langsung main silet. Menenggak Smirnoff selayaknya Teh Botol saja. Soal drugs ah, jangan ditanya. Iya, jangan ditanya lagi!

"Dulu kakak biasa neken* pake apa?" Dia bertanya pada suatu senja, dengan mata merah, dan senyum damai.

"Pil anjing," Jawabku, dengan senyum damai dan mata jelalatan.

"Oww.. bisa ditembakin lewat leher enggak?" Matanya seperti hilang, mulutnya berbusa.

"Haah ??!" Aku melongo, kehabisan kata-kata.

Seorang gadis remaja, kesepian dan menghibur diri dalam serangkaian pesta gila. Batinnya tergerus dan beralih jadi sebentuk ruang hampa udara.

* * *

Membereskan ransel. Kuputuskan untuk pergi ke Bandung. Sebenarnya malas juga. Mengurusi anak orang. Tapi lumayan lah, buat bahan tulisan. Hari di mana aku sudah tak punya alasan untuk menulis, would be the end of Me. Lagipula, buat menambahi cerita hidup. Biar tidak monoton. Atau sekedar pelarian? Dari suara-suara ribut para tetangga yang terus menanyakan hal yang itu-itu juga.

"Maas, kapan nih undangannyaaa..?!!"

"Lho? Kemaren kan udaaah..!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun