Assalamualaikum......
Pada artikel ini saya akan membagiakan sebuah sejarah disebuah desa, dan bernara sumber oleh sesepuh yang bernama, Bapak Haji Baderi. Langsung saja simak dibawah ini...
Pada jaman dulu Wiru belum menganut agama Islam sekalipun. Penduduk di desa Wiru hanya ada kemaksiatan waktu itu. Setelah beberapa waktu berlalu ada seseorang yang bernama Merto Dikromo. Beliau berasal dari desa sebelah yaitu desa Pelem. Bapak Merto Dikromo datang ke desa Wiru untuk mencalonkan jadi kepala desa. Kemudian menjelang masa kepemimpinannya beliau mulai memperkenalkan Wiru dengan agama Islam. Dan pada saat itulah desa Wiru mulai mengenal dengan agama Islam.
Islam di desa Wiru berasal dari seseorang yang menjabat sebagai kepala desa. Beliau bernama bapak Merto Dikromo dan disisi lain beliau menjabat kepala desa, beliau juga menyebarkan Islam. Jadi Wiru pada dasarnya belum mengenal Islam sebelum bapak Merto Dikromo menjabat jadi kepala desa, karena beliau masi belum datang ke Wiru.
Pada saat kepemimpinan bapak Merto Dikromo, beliau menjabat pada tahun 1803, dan pada saat itulah agama Islam di sampaikan dari lisan kelisan oleh masyarakat. Pada tahun tersebut Islam mulai berkemmbang dan sampai sekarang Islam masi ada di desa Wiru.
Penyebaran Islam didesa Wiru belum sebesar sekarang. Pada waktu itu pada jaman kepemimpinan bapak Merto Dikromo ketika beliau menyebarkan Islam, banyak pertentangan dan dengan menyisiatinya beliau menyebarkannya tanpa paksaan. Beliau tidak memaksa individu atau masyarakatnya untuk beragama Islam. Jadi di didalam kepemimpinannya beliau membebaskan masyarakatnya untuk bebas beragama. Kemudian setelah lama penyebaran Islam dibawah kepemimpinannya, warga pun bersimpati dan mulai menganut atau memeluk agama Islam.
Tahap perkembangan di desa Wiru, beliau tidak berjuang sendiri dalam menyebarkan agama Islam di Wiru. Beliau meyebarkan Islam dengan cara mendatangkan tokoh agama atau para ulama yang paham dan fasih untuk mengajarkan tentang agama Islam. Para ulama datang ke desa Wiru dan mengaajarkan syariat tentang Islam seperti tata cara beriman kepada Allah SWT dan seiring dengan waktu usaha yang dilakuakan beliau berkembang dan penduduk Wiru pun banyak yang menganut agama Islam.Â
Tetapi dibalik kesuksesan tersebut, banyak orang yang menentang juga akan kedatangan atau ajaran Islam tersebut. Salah satu penentang tersebut adalah bapak Gendong yang menentang ajaran atau agama Islam datang di Wiru. Dan di titik itulah manyarakat mulai bimbang, akan tetapi banyak juga masyarakat yang tetap pada pendiriian untuk memeluk agama Islam. Bapak Gendong merupakan sosok seseorang yang di hormati di desa wiru sebelum kedatangan bapak Merto Dikromo. Pada saat itu sempat ada perselisihan diantara mereka tersebut.
Bukti sejarah di desa Wiru hanyalah bangunan Masjid dan Mushola. Masjid di dirikan didekat makam Gendong dan masi sederhana pada waktu itu. Letak masjid tersebut kurang strategis dan jauh dari jalan raya, setelah beberapa lama masjid itu digunakan, banyak masyarakat yang berpendapat untuk memindahkan masjid tersebut. Kemudian masyarakat pun berkumpul dan berunding, dan dari rundingan tersebut masyarakat mendapati mufakat dan mereka pun sepakat untuk memindahkan masjidnya dekat dengan jalan raya. Dan sampai sekarang masjid tersebut masi dipergunakan dan di renovasi untuk hasil yang lebih maksimal. Dari situlah Islam mulai berjaya didesa Wiru, dan orang – orangnya mulai sadar akan beragama.
Kedadaan Islam di desa Wiru pada saat ini sangat berbeda jauh dengan jaman dahulu. Wiru pada jaman dahulu Islamnyaa sangat kental dan orang-orang sangat patuh dan peduli dengan hukum dan peraturan Islam. Apa yang di perintahkan dan apa yang di larang juga diperhatikan oleh mereka. Mushola dan Masjid atau tempat ibadah lainnya dulu sangatlah penuh ketika suara adzan mulai berkumandang. Orang-orangnya mulai datang dan menunaikan ibadah bersama.Â
Ketika ibadah Ramadhan tempat-tempat ibadah sangat penuh bahkan sampai keluar dari mimbar demi melaksanakan ibadah bejamaah. Tapi berbeda dengan jaman sekarang, Islam hanya sebagai tanda bukti beragama pada kartu tanda penduduk. Ibadah – ibadah seperti sholat berjamaah mulai luntur dan tempat berjamaah mulai sedikit yang berdatangan. Orang – orang lebih memilih beribadah dirumah, bahkan ada pula yang tidak beribadah. Hari – hari suci juga tidak sebanyak dahulu. Hanya pada Idul Fitri saja orang – orang beribadah sampai diluar mimbar. Mungkin globalisalisah yang merubah hal ini. Islam di desa wiru mulai mengalami penurunan semenjak itu dan sampai sekarang. Semoga Islam seperti dahulu lagi dan orang – orangnya peduli akan Islam. Amin.