Contoh kedua. Orang-orang yang kurang mampu, biasanya memiliki pendapatan harian, atau mingguan, atau kalau bulanan ya tetap saja kecil. Karena jumlah pendapatan mereka kecil, atau datangnya sedikit-sedikit, harian, maka mereka tidak bisa beli barang kebutuhan dalam kuantitas yang besar atau borongan. Pulsa beli yang 5rb, shampo beli ketengan, rokok beli ketengan. Kita tahu beli borongan atau dalam kuantitas yang besar harga lebih murah dari pada "ngeteng".Â
Contoh saja pulsa 5rb, harga di pengecer bisa 7rb, tapi pulsa 100rb malah di bawah harga, bisa 98rb atau lebih murah lagi. Kalau terus-menerus beli pulsa 5rb, maka uang 98rb akan hanya dapat pulsa sebesar (98rb/7rb) x 5rb = 14 x 5rb = 70rb. Artinya dengan jumlah uang yang sama, orang yang kurang mampu hanya mendapat manfaat 70rb sedangkan yang mampu mendapat manfaat 100rb. Jadi artinya? Yang kurang mampu, mensubsidi yang lebih mampu. 2-0 (final result).
Yah, mau gimana, pertumbuhan ekonomi diagung-agungkan sih. Sosialisme dianggap jahat, ya memang kita kan sekutu Amerika. Sosialisasi selalu diidentikkan dengan Genosida dan radikalisme. Padahal itu kan ciri fasis, lalu fasis diterjemahkan menjadi komunis. Padahal negara seperti Cuba tidak ada -- kalau boleh dibilang tradisi -- genosida. Stalin itu ya fasis, kebetulan saja memimpin Soviet.Â
Soviet runtuh, adalah runtuhnya fasis, jadi tulisan Fukuyama tentang The of history, pasca runtuhnya Soviet ya salah. Buktinya gerakan-gerakan anti perdagangan bebas juga kian marak, bahkan di negara-negara Eropa Barat. Hehe, mulai berasa juga tuh dampak globalisasi bahkan di negara seperti Swedia.
Sudah dulu ya Netizen sekalian. Nanti dua orang lagi yang kita minta pertanggungjawaban, James Watt dan Rockefeller. Kita saksikan di edisi berikutnya minggu depan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI