Mohon tunggu...
Ahmad Shalahuddin Mansur
Ahmad Shalahuddin Mansur Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pegiat Dialog Lintas Iman dan Perdamaian. Fasilitator di Young Interfaith Peacemaker Community Indonesia. Penggerak Jaringan Gusdurian Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dicari: Nabi Nir-kekerasan

30 Oktober 2014   19:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:08 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


“Where there is love there is life”

Mahatma Gandhi (1869 M-1948 M)

Dalam suatu kesempatan, pencetus ‘teori relativitas’, Albert Enstein pernah berkomentar, “Generasi manusia yang akan datang hampir tidak akan percaya bahwa sosok seperti dia (Gandhi)—sosok manusia yang normal, dengan jasad dan darah seperti manusia lainnya—benar-benar pernah hidup di bumi ini.”

Ketika Mahatma Gandhi mati tertembus peluru di ujung pistol umatnya sendiri yang bernama Godse pada 30 Januari 1948, masyarakat dunia menghormatinya sebagai pemimpin spiritual terbesar. Penghormatan ini tidak hanya diberikan pada masa hidupnya, tetapi di sepanjang zaman. Gandhi kemudian disejajarkan dengan Thorea, Tolstoy, dan Santo Fransiskus. Bahkan disejajarkan dengan dengan Buddha, Muhammad dan juga Yesus Kristus.

Gandhi adalah—yang pertama dan paling utamanya – sosok manusia yang senantiasa tenggelam dalam pengembaraan untuk mencari dan berjumpa dengan Tuhan. Lebih dari 50 tahun dalam hidupnya, dia terus mengejar kebenaran. Dia menyatakan bahwa jalan terbaik untuk menemukan kebenaran adalah melakukan praktek secara aktif atas keyakinan yang berakar pada prinsip nir-kekerasan. Tujuan hidupnya tidak lain adalah melakukan perjumpaan dengan Tuhan secara face to face, untuk mencapai Mokhsa (salvation) atau keselamatan.

“Mahatma” yang mempunyai makna “Jiwa Yang Agung” merupakan panggilan orang-orang India di seluruh penjuru negeri kala itu. Gelar tersebut diberikan berkat keteguhan hatinya pada saat Pemerintah Inggris membungkamnya pada saat ditahan di dalam penjara selama dua tahun. Selama menjalani masa tahanan selama dua tahun, Gandhi selalu melakukan meditasi, membaca ratusan buku, kemudian menulis surat yang tidak terhitung jumlahnya, dan bekerja memintal benang setiap hari. Serta menulis autobiografi.

Hal terpenting dalam sosok Gandhi adalah bahwa dia seorang religius dan berpegang teguh pada spiritualitas. Hal inilah yang menjadikan dia sebagai seorang agamawan sekaligus sosok politisi yang tajam. Dia telah memperkenalkan—kepada seluruh dunia—satu metode baru untuk mengorganisir, memimpin serta mengubah budaya kekerasan menjadi budaya yang mengedepankan nir-kekerasan.

Pada tahun 1908, Gandhi ditahan untuk pertama kalinya dan kemudian dia mendapat hukuman untuk bekerja keras selama dua bulan di penjara. Inilah masa pertama kali bagi Gandhi menjalani hidup di penjara.

Lalu, pada 16 Agustus 1908, Gandhi menyerukan pembakaran sertifikat-sertifikat registrasi secara terbuka. Orang-orang India di seluruh Afrika Selatan sangat terinspirasi oleh Gandhi. Mereka segera bergabung dengan kampanye yang diserukan Gandhi. “Mereka—para penguasa kulit putih—akan mengirimkan kita ke penjara. Mereka akan menyiksa kita, dan bahkan mereka juga akan membunuh kita,” kata Gandhi pada kumpulan orang India. “Tetapi, kita tidak perlu melakukan hal yang sama pada mereka, kita tidak perlu menyerang balik. Kita juga tidak boleh menyerah, dan dengan cara inilah kemenangan pasti akan berada di pihak kita.”

Selanjutnya, pada 1913, Pemerintah Afrika Selatan mengumumkan bahwa pernikahan yang diakui keabsahannya secara hukum hanyalah pernikahan menurut Kristen. Ketentuan ini jelas merupakan sebuah serangan dan pelecehan bagi komunitas India karena kebanyakan mereka adalah penganut Hindu dan Muslim. Gandhi kembali mengorganisir barisan baru dan memimpin demonstrasi-demonstrasi, dan orang-orang India kembali membakar sertifikat registrasi mereka. Sebagaimana tindakan pemerintah yang semakin represif, Gandhi juga semakin giat menyeru kepada orang-orang India supaya mereka tetap tabah menanggungkan segala derita apa pun yang dibebankan atas mereka. Mereka harus kuat menahan semuanya tanpa mengeluh dan yang lebih penting lagi adalah sama sekali tidak boleh melakukan pembalasan.

Kemudian, pada tahun 1917, Gandhi memulai kampanye di Champaran demi memperjuangkan nasib para petani penggarap yang sangat miskin. Di tengah perjumpaan antara Gandhi dan para petani dia mengatakan bahwa ketika ia berjumpa dengan para petani ini ia merasa tengah berhadapan secara face to face dengan Tuhan, nir-kekerasan dan kebenaran. Kampanye ini sampai menyedot perhatian nasional waktu itu.

Di dalam sejarah kehidupannya, Gandhi berulang kali merasakan dingin dan kerasnya penjara serta siksa yang didapatnya ketika mendekam di penjara. Selain itu, Gandhi juga gemar berpuasa ketika ingin menyelesaikan sebuah permasalahan atau sebuah konflik dengan selemah-lemahnya fisik yang ia miliki. Hingga pada 15 agustus 1947, India telah memenangkan kemerdekaan bagi negerinya. Gandhi kembali melakukan ritual doa serta berpuasa tanpa berbuka demi mewujudkan persatuan serta nir-kekerasan (non-violence). Dan tanggal 1 september. Gandhi kembali bertekad “berpuasa tanpa berbuka hingga maut yang menjemputnya” untuk menghentikan kerusuhan yang sangat brutal di wilayah Calcutta. Tiga hari kemudian sejak dia mulai berpuasa, ketika aksi kekerasan telah berakhir, Gandhi mengakhiri puasanya.

Sampai pada akhirnya tanggal 13 januari 1948, Gandhi kembali bertekad “berpuasa tanpa berbuka hingga maut menjemputnya” untuk menghentikan kerusuhan yang sangat brutal di wilayah Delhi.

Tanggal 30 januari, pada saat itu Gandhi telah berusia 79 tahun. Di saat inilah Gandhi dibunuh di Delhi, pada saat dia berjalan untuk melakukan ritual doa di pagi hari.

Di kehidupan pasca Gandhi ini, mendapat petunjuk-petunjuk tentang bagaimana bisa terus bertahan hidup secara manusiawi dalam dunia yang kian jauh dari ke-manusiawi-an tidaklah mudah. Jawaban Gandhi terhadap persoalan ini selalulah sama: tetap tabah, tekun, penuh dedikasi, sepenuh hati, sabar, pantang menyerah, selalu berpegang pada prinsip kebenaran, senantiasa memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa, penuh cinta kasih, dan senantiasa menegakkan nir-kekerasan.

Gandhi telah memimpin sebuah gerakan untuk melawan ketidak-adilan sistem yang rasis di Afrika Selatan. Lebih dari itu, Gandhi juga telah membawa bangsa India melahirkan sebuah revolusi yang didasarkan pada prinsip nir-kekerasan. Gerakan inilah yang membebaskan India dari cengkeraman penguasa Inggris dan memasuki gerbang kemerdekaan. Suri tauladan dan ajaran-ajaran Gandhi telah memberikan inspirasi kepada kita untuk benar-benar menerapkan ketulusan dan keikhlasan dalam perjuangan mewujudkan tujuan yang diharapkan. Yaitu tujuan dalam menentang segala bentuk peperangan, persenjataan nuklir, perusakan lingkungan, kekerasan, kelaparan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Semua gagasannya membangkitkan semangat untuk mewujudkan budaya yang penuh dengan perdamaian, keadilan dan nir-kekerasan (non-violence). Dengan kata lain, Gandhi telah menantang kita untuk menjadi nabi dan utusan ajaran nir-kekerasan.

Dicari! Nabi nir-kekerasan (berikutnya) ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun