Pagi kemarin, seperti biasa, sebagai manusia modern, yang paling pertama aku lakukan adalah mencari HandPhoneku yang sudah aku tinggal semalaman dengan charger-nya.
Tidak lama setelah HandPhoneku menyala, ada sebuah pesan dari teman Nasrani (salah satu peserta Peace Camp) yang berisi hasil "saat teduh" ia pagi ini.
Di dalam pesan tersebut berisi.
Dalam Korintus 5:17 dikatakan bahwa kalau kita percaya kepada Allah berarti kita harus hidup menurut kehendak-Nya dan dekat kepada Allah dengan membaca firman-Nya, melakukan firman-Nya, mengandalkan Allah dalam melakukan kehendak-Nya, dan Allah juga bersabda: "Berdamailah dengan Allah dan bawalah perdamaian itu kepada sesamamu".
Dalam renungannya pagi ini, dia berkomitmen untuk berdamai dengan salah seorang temannya yang pernah membuatnya kesal, dan lebih lanjut dia ingin lebih memperdulikannya orang di sekitarnya dengan pertolongan Allah, tentu saja.
Dan di akhir pesannya, dia berharap semoga bisa menjadi hikmah buat kita bersama (termasuk aku sendiri).
Dalam hati aku sangat bersyukur punya teman seperti dia.
Bagai melodi dalam sebuah simfoni yang punya banyak ragam nada yang berbeda namun saling melengkap satu sama lain.
Aku dan Dia pun saling melengkapi..
dan aku berhdarap semoga dia saat ini menikmati harinya
tentu saja.
Lanjut pada hari,
Kembali di pagi kedua, aku kembali mendapat pesan dia lagi.
Kali ini dengan surat dan ayat yang berbeda.
Di waktu yang hampir sama dengan hari kemarin.
Pagi tadi, ia kembali mengirim hasil 'saat teduh'nya untuk yang kedua kalinya.
aku sangat senang ketika membaca namanya pertama kali yang terpampang di layar ponselku kecilku ..
selepas membaca namanya,
segera saja aku membuka pesannya
benar saja,
pagi ini, masih dengan renungan dia di pagi yang teduh nan menengkan jiwa
pesan itu berisi tentang sebuah surat dalam Kitab Suci Injil yang bernama "Galatia" pasal 2 ayat 20.
"Saya dan kita semua diciptakan Allah menurut kehendak-Nya, bahkan saya pribadi tidak pantas memiliki hidup saya, karena hanya Allah yang pantas. Apa yang saya kerjakan hari-hari (tidur, kuliah, berinteraksi, makan, ibadah, jalan-jalan, dll) harus dilakukan untuk Allah, bukan untuk saya.
Jadi, karena hidup ini milik Allah, kita hanya diberi tanggung jawab untuk menjalankannya. Maka mari kita hidup dengan selalu bersyukur dan tidak menyia-nyiakan. Karena kita tidak berhak menyia-nyiakan hidup kita yang milik Allah. Sembah dan muliakan Allah dengan hidup kita".
dan dibagian akhir pesannya,
dia kemudian berpesan, libatkan Allah dalam hidupmu.
dari pesan pagi tadi, aku jadi teringat firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-An'am ayat 162 yang artinya "Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, matiku hanyalah untuk ALLAH, Tuhan sekalian alam”
aku lalu menemukan diriku di kedudukan yang paling bawah, yakni sebagai hamba Allah.
posisiku dan posisiku saat ini sama, yakni sebagai hamba-Nya.
dimana kehadiran kami di muka bumi adalah hanyalah untuk menyembah dan menyebut nama-Nya.
Namun sama seperti pagi kemarin, aku tidak bisa mengirimkan hasil perenunganku kepadanya..
pagi ini aku kembali dikalahkan oleh tubuhku yang berontak..
aku hanya bisa membalasnya dengan ucapan permintaan maafku padanya..
dan berharap semoga aku tidak mengecewakannya..
tak lama dia kemudian membalasnya lagi, yang pesannya berisi semangat kepadaku..
dia ingin memberi dan tidak berharap balasan dari pemberiannya..
Dan katanya dia ingin menjadi sahabat yang mendukung dan mendoakan satu sama lain ..
terima kasih sahabat baikku..
aku merasa perbedaan itulah yang kemudian menyatukan kita..
AllahuAkbar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H