Kompetensi unlearning banyak dibahas oleh berbagai pakar pengembangan diri. Tingkat Kecerdasan yang relatif baru ditemukan di luar kecerdasan intelektual, emosianal dan spritual, yaitu kecerdasan beradaptasi menempatkan unlearning sebagai syarat sekaligus penciri seseorang mempunyai adaptability quotient. Ibadah shiyam di bulan Ramadan, menjadi tempat kita dalam belajar mengosongkan fisik kita yang telah dipenuhi banyak asupan makanan dan minuman di sebelas bulan sebelumnya.Â
Hal ini, shiyam mengajarkan kepada kita untuk membiarkan ruang-ruang kosong dalam fisik kita untuk menerima hal-hal baru selama menjalani shiyam di bulan Ramadan. Inilah prinsip dari unlearning to learn new things.Â
Bagaimana kita, setelah selesai shiyam ini menjadi pribadi pembelajar yang haus dengan pengetahuan baru dengan bersikap unlearn. Kadang ketidak-khusyuan yang berakibat kepada ketidak-maksimalan kita dalam belajar adalah karena kita tidak bisa mengosongkan cangkir kita untuk menerima pengetahuan baru, namun sebaliknya bersikap sok tahu untuk banyak hal.
Menjadi Pribadi yang Shabar.
Di bulan Ramadan, setiap muslim belajar bagaimana dari setiap tantangan dan pantangan dalam berpuasa pada akhirnya akan menemukan solusi manis. Kebahagiaan seseorang yang berpuasa, menurut satu keterangan, adalah ketika berbuka puasa.Â
Kebahagiaan setelah kita dapat menahan keletihan secara fisik dengan berpantang kepada hal-hal yang dilarang dan dapat membatalkan ibadah shiyam bertemu dengan waktu yang tepat dan halal untuk mewujudkan apapun yang diinginkan. Menjadi pribadi yang shabar, tidak tergesa-gesa, menunggu waktu yang tepat dalam mewujudkan cita-cita adalah kompetensi terbaik yang dapat kita raih setelah ibadah shiyam Ramadan.
Disiplin dalam Menerapkan Kebiasaan Baru, Meninggalkan Cara-cara Lama.
Shiyam di bulan Ramadan, khususnya, kita disuguhkan kepada kenyataan manusia sebagai makhluk yang adaptif dengan perubahan. Hal yang sering kali kita tidak menyadarinya dan lebih fatal lagi melupakan kemampuan ini dalam kehidupan keseharian. Banyak hal berubah selama kita menjalani praktik ibadah shiyam.Â
Mulai dari penyesuaian waktu tidur, makan dan minum termasuk dalam kualitas makanan dan minuman yang dihidangkan sampai kepada kebiasaan dalam mengisi waktu shiyam dengan hal-hal yang positif, jauh dari hal-hal yang lagha, mubazir apalagi dipenuhi dengan kemaksiatan.Â
Kita menjadi manusia yang berdisiplin untuk terbangun di dua per tiga malam sekedar untuk sahur, shalat shubuh selalu tepat waktu, tidak makan-minum sebelum azan berkumandang pada saat matahari terbenam penuh, konsisten dalam bertaddarus dan seterusnya dan seterusnya. Dan, A...ha! kita dapat melampauinya. Inilah satu kompetensi, yaitu disiplin dalam menerapkan cara-cara baru untuk meraih apa yang kita targetkan. Shiyam Ramadan telah mengajarkan kepada kita satu resep untuk meraih kesuksesan dengan kedisiplinan.
Keseimbangan atau Harmonisasi dalam Pelayanan.