Mohon tunggu...
Sudibyo P Wiyono
Sudibyo P Wiyono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I have a dream, I always believe and I try to make it happened.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

A Little Thing Called "Keluarga"

27 September 2012   15:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:35 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pernah bermimpi terlahir dalam sebuah keluarga yang bahagia meskipun dalam mimpi itu aku tak pernah memintak akan limpahan harta. Setidaknya, mimpi tentang ayah dan ibu yang dapat dengan tulus melemparkan senyuman kecil ketika mereka menatap wajah sendu ini. Kedua orang tua yang dapat mengerti dan memahami tentang siapa aku. Yang dapat merasakan apa yang sedang aku rasakan.

Bukan. Ini bukan nyanyian rasa tentang nada-nada yang benafaskan kegelisahan. Hanya sebuah rangkaian aksara tanpa makna. Yah, mungkin saja. Atau bisajadi. Ini mungkin bukanlah hal yang bermakna tentang 'apa'.

Keluarga. Satu kata dari beberapa rangkaian aksara. Terlalu sederhana untuk dibuat rumit. Terlalu rumit untuk dibuat sederhana. Terlalu mudah untuk dibuat susah. Tapi juga terlalu susah untuk dibuat mudah. Entahlah. Rasanya, kata dari beberapa rangkaian aksara itu seperti momok yang menakutkan bagi segelintir orang. Aku? Yah, mungkin saja aku salah satu dari mereka.

Mimpi tentang keluargaku, aku tak pernah berhenti sampai di titik ini. Di titik dimana aku berdiri diatas kedua kaki ku sendiri meski tongga yang nyaris saja rapuh menopangku. Tongga yang terus memaksaku untuk terus bertahan diatas terjalnya puing-puing ini. Sementara mentari masih saja mencibirku tentang sesuatu yang kurasa tak pernah bersahabat kepadaku yang disebut masa depan.

Tidak. Aku tidak pernah menyerah untuk semua itu. Aku tak pernah menyerah untuk keluarga. Aku akan tetap menjadi aku. Berdiri diatas kedua kaki ku. Berjalan meski dengan langkah yang tertatih. Bernafas meski sesak memenuhi ruang-ruang di dada. Yah. Inilah aku.

Meskipun suatu saat nanti aku akan terbunuh sendiri karena prinsip ku yang sering mereka menyebutnya dengan ego. Setidaknya aku pernah mencoba berdiri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun