Mohon tunggu...
Chaca Nugraha Zaid
Chaca Nugraha Zaid Mohon Tunggu... Freelancer - Lifelong Learner

Penikmat Sains, Teknologi, Filsafat, dan Pemikiran Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masih Valid kah Hasil Survei "Rendahnya Literasi" Masyarakat Indonesia?

25 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 25 Februari 2021   08:02 6312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kopdar pengurus komunitas @beranibaca (sumber: beranibaca.id)

Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya.” -Joseph Brodsky-(Penyair asal Rusia)

Banyak sekali survei yang menyatakan bahwasanya tingkat literasi di Indonesia sangatlah rendah. Mulai dari penelitian Central Connecticut State University (CCSU) pada 2016 mencatatkan bahwa literasi Indonesia berada di tingkat kedua terbawah dari 61 negara. Ataupun berdasarkan survei UNESCO tahun 2012, angka minat baca anak Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang yang memiliki minat baca serius. 

Selain itu yang juga menjadi acuan adalah penelitian Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 menunjukkan, Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara. Respondennya anak-anak sekolah usia 15 tahun dengan sampel sekitar 540 ribu orang.

Dari dalam negeri sendiri ada penelitian dari Perpustakaan Nasional tahun 2017, rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5-9 buku.

Sedangkan survei lainnya berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 mengenai minat membaca dan menonton anak-anak Indonesia. Dikatakan, hanya 17,66% anak-anak Indonesia yang memiliki minat baca. Sementara, yang memiliki minat menonton mencapai 91,67%. 

Namun yang menjadi pertanyaan besar ketika melihat survei-survei tersebut yang sudah sangat lama dan sering dijadikan dalil berulang-ulang adalah, apakah di tahun 2021 ini survei tersebut masih valid? Jika kita coba untuk menemukan survei terbaru terkait tingkat literasi di Indonesia maka salah satunya adalah Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) pada 2019, menunjukkan Indonesia berada pada posisi 6 dari bawah alias peringkat 74 dari 79 negara dalam kategori kemampuan membaca. Dari penelitian ini semakin menunjukkan bahwasanya kondisi Indonesia memang tidak sedang baik-baik saja dalam hal minat dan daya baca. Hal ini seolah-olah paradoks dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019 yang menunjukkan bahwa tingkat melek huruf masyarakat indonesia sudah berada di atas 98 persen (mampu membaca, namun rendah minat baca).

Dari banyak survei literasi yang telah kita lihat di atas terhadap kondisi literasi di Indonesia, maka ada beberapa penyebab masih rendahnya minat dan daya literasi di Indonesia:

1) Kurangnya dukungan atau keterlibatan keluarga dalam membangun budaya membaca di rumah sehingga anak-anak tidak terbiasa menjadikan buku sebagai rujukan untuk mendapatkan informasi.

2) Akses buku yang berkualitas belum merata di sejumlah daerah. Anak-anak tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan referensi buku yang beragam.

3) Budaya literasi tidak hanya tentang tata kelola buku di perpustakaan, dalam hal ini masyarakat belum sepenuhnya mengambil peran untuk meningkatkan ekosistem literasi yang produktif bagi anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun