terik panas matahari membahana di tanah pengungsian ini, namun semangat para relawan tak kendur sedikitpun. keringat bercucuran, penat tak dihiraukan demi menyelamatkan korban tsunami mentawai. setiao hari itulah yang dilakukan oleh ardi, relawan dari pekanbaru, yang ikut membantu rekan-rekan setimnya yang terdiri dari berbagai daerah.
burung menyapa datangnya hari dengan ceria seolah tak terjadi apa-apa di pulau ini. ardi dan timnya memulai lagi pengevakusian korban-korban, dan target daerah kali ini desa salibut yang menjadi tujuan mereka. sesampainya di desa semuanya ibuk dengan pekerjaan masing-masing termasuk ardi, hingga waktu istirahat tiba ardi masih menyusuri desa tersebut sedangkan yang lainnya sudah istirahat. setapak jalan terus ditelusuri oleh ardi hingga ia mendengar
‘mas tolong ibu saya, ibu saya sakit..’
tak ayal ardi pun berlari kearah suara berasal, dan ia pun menemukan seorang anak kecil dengan baju lusuh yang membungkus tubuhnya. tangis menghiasi wajahnya yang elok, karena merasa kasian ardi menghapus air mata yang membahasi muka anak tersebut.
‘ibu kamu dimana dek??, jangan nangis lagi ya..’
‘ada kakak kok disini’
ardi membuka pembicaraan sembari menyunggingkan senyum manis.
‘ibu aku dirumah kak, yang sakit tidak hanya ibu aku kak..’
‘temen-temen aku juga sakit kak, orang tua mereka juga..’
‘pokoknya orang-orang di rumah aku pada sakit semua kak’
‘oiya nama aku eka kak, nama kakak siapa?’