Siswa dianggap bandel, biasanya karena sering melanggar aturan dan disiplin sekolah. Atau melakukan perilaku menyimpang saat belajar sehingga mengganggu proses pembelajaran berlangsung. Dan biasanya juga, anak yang dicap bandel tidak disenangi oleh guru maupun siswa lainnya.
Kadang-kadang label bandel menimbulkan kesenangan tersendiri bagi siswa. Bahkan mereka bangga dikatakan sebagai siswa bandel oleh guru. Ini adalah pola berpikir siswa yang perlu diluruskan oleh guru maupun pihak orang tua di rumah.
Yang pasti, sikap bandel itu tidak bagus bagi seorang siswa. Pasti merugikan diri siswa itu sendiri, bahkan siswa lainnya. Proses belajar yang telah terganggu akan menimbulkan rasa tidak senang siswa lain yang ingin belajar. Begitu pula guru, akan menyebabkan program pembelajaran tidak terlaksana sesuai target.
Seperti diketahui, karakter anak dalam satu kelas berbeda-beda satu sama lainnya. Guru perlu mengenal semua karakter itu sehingga menemukan strategi dan metode yang tepat dalam menjalankan pembelajaran. Ini mengisyaratkan bahwa strategi dan metode apapun yang digunakan bukanlah yang sesuai dengan kehendak guru melainkan sesuai dengan karakteristik siswa yang dihadapi.
Pendekatan ramah anak merupakan salah satu jawaban untuk menghadapi siswa bandel di sekolah. Siswa tidak mungkin selalu ditangani dengan pendekatan peraturan atau tata tertib sekolah. Hukuman dan sanksi tidak selalu efektif membuat anak jera melakukan pelanggaran atau perbuatan menyimpang.
Justru pola penanganan keramahan dan kekeluargaan akan lebih menyentuh batin siswa. Tentunya perlu kesabaran dalam menghadapi mereka. Apapun yang dilakukan tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu waktu untuk melihat perubahan yang lebih baik dari perilaku bandel siswa.
Sumber: Matra Pendidikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H