Mohon tunggu...
Maikel Jefriando
Maikel Jefriando Mohon Tunggu... -

nothing!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Uang Vs. Kebebasan

13 Oktober 2011   05:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:01 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sarjana Muda atau fresh graduate adalah mesin panas yang siap bertarung untuk mengaplikasikan ilmu semasa kuliahnya. Memiliki otak yang masih sangat segar dan tenaga yang kuat adalah modal yang kompleks bagi seorang manusia. Harusnya para pelaku ini, dapat menari kegirangan diatas pekerjaan yang dilakoninya sekarang. Menikmati setiap keringat yang dia keluarkan menjadi sebuah ide dan hasil yang berujung pada kebahagiaan dan kepuasan.

Tapi, kenapa ada sebuah kondisi yang berbeda ketika jam 6 sore di halte Busway Benhil?

Hari itu saya Cuma memakai celana pendek, kaos oblong, sandal jepit, tas samping dan memegang sebungkus cemilan. Awalnya ingin mencoba mengelilingi Jakarta, tapi karena terlalu capek, saya berhenti di atas halte Busway Benhil. Halte ini cukup padat karena jadi tempat transit ke beberapa jurusan ke pelosok kota. Banyak orang yang lalu lalang dengan menyandang berbagai profesi, aneka ekspresi, kecepatan yang beragam dan pasti tujuan yang berbeda.

Hampir 15 menit saya terus memperhatikan apa yang terjadi disekitar. Sampai akhirnya pikiran saya terofus pada satu titik. Bukan cewek cantik, bukan juga cowok metroseksual dan bukan juga pada aksi pencopetan. Tapi pada para karyawan dan karyawati!

Saya mulai menghitung. 10 menit waktu berjalan ada sekitar 27 orang karyawan dan karyawati yang melewati muka saya. Asumsi ini bergerak untuk mencari sebuah persamaan. Mereka masih muda, dengan kisaran umur 23-25tahun. Penampilan rapi. Sepertinya punya uang banyak. Gerakan mereka cepat (sepertinya terburu-buru). Pandangan lurus (tidak peduli dengan sekitarnya). Ekspresi kaku (mungkin banyak masalah). Tidak ada senyum (mungkin tidak bahagia).

Lalu apa masalahnya?

Tinggal di ibukota yang serba ada, lengkap dengan pekerjaan yang pasti menghasilkan uang..

Saya coba mengingat ke beberapa bulan yang lalu, ketika toga terpasang di badan ini. Tidak hanya di badan saya, tapi juga di badan orang-orang lain yang mengikuti acara yang bernama wisuda. Banyak suara-suara yang bertebangan membicarakan masa depan. Satu kalimat yang tak terlepas dari mulut-mulut tersebut, “saya ingin bekerja untuk mendapatkan uang yang banyak”. Saya juga terima pesan dari beberapa sanak saudara “semoga cepat dapat kerja dan bawa uang yang banyak ya”.

Kerja dan uang - kerja dan uang - kerja dan uang - kerja dan uang - kerja dan uang!

Kenapa hanya dua kata itu?

Kenapa tidak ada kalimat, “kita harus dapatkan cita-cita”, “kita harus bisa mengaplikasikan ilmu saat kuliah”,”semoga cita-cita kamu terwujud ya”.

Apakah mungkin, orang-orang yang saya lihat di halte ini adalah orang-orang yang juga menerima kalimat itu?

Jika itu benar, berarti lengkap kesimpulan untuk hari ini : kalau pekerjaan dan uang yang mereka dapatkan, tidak cukup untuk memberikan kenyamanan dan kebahagiaan yang sempurna.

Dengan alasan: paradigma yang mengagung-agungkan materi dan uang hanya akan membatasi kebebasan yang dimiliki.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun