Mengintip sekolah guru Dorna, tempat pendidikan para pangeran dari kerajaan Hastinapura (Pandawa dan Kurawa).
Sebelum Guru Dorna memulai pendidikan untuk para pangeran, terlebih dahulu dia menguji kemampuan (bakat) mereka. Dari ujian awal, Guru Dorna telah dapat mendeteksi bakat dan minat para pangeran. Lalu dia mengajarkan ilmu sesuai dengan bakat dan minat mereka.
Dua belas tahun berlalu, Guru Dorna telah berhasil mendidik para pangeran menjadi ahli dalam bidangnya masing-masing. Ada yang ahli dalam menggunakan pedang (Nakula), kapak (Sadewa), tombak (Yudistira), panah (Arjuna), dan gada (Bima dan Duryudana), dll. Guru Dorna berhasil memperpendek masa pendidikan untuk mencetak para profesional itu, hanya dua belas tahun! Bandingkan dengan sistem pendidikan di negara kita, berapa puluh tahun waktu dibutuhkan oleh seorang pelajar untuk dapat menjadi profesional?
Melihat sekolah guru Dorna, saya membayangkan sekolah di negeri ini seperti itu, dimana siswa-siswa kita di tes bakat dan minat mereka sebelum memulai pendidikan (bukan tes kemampuan akademik untuk masuk sekolah favorit). Lalu kita mendidik mereka sesuai dengan bakat bawaan mereka sejak lahir. Saya yakin dengan sistem seperti ini, kita akan mampu mencetak jutaan generasi yang profesional di bidangnya masing-masing, bukan generasi yang memiliki pengetahuan serba ‘nanggung’ karena dituntut untuk mempelajari semua hal, bukan pula generasi yang telah kehilangan diri mereka sampai dunia menghapus nama-nama mereka. Tapi generasi yang telah mampu mengenali diri mereka sendiri sejak dini.
Saat ini, ada satu negara yang menggunakan sistem pendidikan seperti yang telah diterapkan oleh guru Dorna, yaitu Finlandia, negeri asal handphone Nokia. Saya tidak tahu apakah Finlandia belajar dari kitab Mahabarata atau dari mana, yang jelas saat ini Finlandia adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Oleh karena itu, jika kita menginginkan generasi kita menjadi generasi-generasi yang profesional, yang memiliki daya saing global, maka sudah saatnya kita melakukan revolusi dalam sistem pendidikan kita, saya rasa ini lebih konkrit dari sekedar revolusi mental. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H