Arti Guru Dahulu Dan Sekarang
Oleh: Kulsumiati
pada zaman dulu, jauh sebelum era globalisasi informasi, profesi dan posisi guru konon dihormati sebagai para priyayi. Dalam berbagai upacara dan perayaan, mereka duduk dibarisan paling depan atau deretan paling depan. Secara ekonomis, penghasilan guru pada waktu itu memadai bahkan lebih. Secara psikologis, harga diri dan wibawamereka juga tinggi, sehingga para orangtua pun berterima kasih atas pelajaran yang telah diajarkan oleh para guru, sehingga posisi guru di mata berbagai kalangan masyarakat pada masa lalu sangat tinggi dan terhormat.
Namun, kini keadaan para guru berubah drastis. Profesi guru adalah profesi yang “kering” dalam arti kerja keras para guru membangun sumberdaya manusia(SDM) hanya sekedar untuk mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja. Bahkan, harkat dan derajat mereka dimata masyarakatmerosot, seolah-olah menjadi warga negara kelas dua, karena penghasilan mereka yang dibawah orang-orang yang berprofesi lainya.
Semetaraitu wibawa para guru di mata para siswanya pun kian jauh, siswa-siswa yang bersekolah di kota pada umumnya cenderung menghormati gurunya karena ada udang dibalik batu. Sebagai siswa-siswa yang berada di kota, mereka menghormati guru-gurunya karena ingin mendapat nilai yang tinggi atau naik kelas dengan peringkat tinggi tanpa kerja keras. Sebagiannya lagi menghormati guru karena ingin mendapat “maaf dan maklum” karena telat dalam menyerahkan tugas.
Sikap dan perilaku masyarakat yang seperti itu bukan tanpa alasan, semuanya bersumber pada diri guru itu sendiri. Ada sebagian guruyang terbukti memang berpenampilan tidak mendidik, seperti yang memberikan hukuman badan diluar batas norma kependidikan dan ada juga guru pria yang melakukan pelecehan seksual terhadap murid-murid perempuanya.
Kelemahan lain yang juga disandang sebagian guru kita adalah kerendahan tingkat kompetensi profesionalisme mereka. Penguasaan mereka terhadap materi dan metode pengajaran masih berada dibawah standar. Kita sebagai masyarakat jangan terlalu takut akan semua itu, tidak semua guru yang menyerminkan atau memberikan contoh tidak baik terhadap murid-muridnya, ada juga guru yang dengan sepenuh hati memberikan ilmu mereka atau mengajarkan pengetahuan kepada murid-muridnya dengan hati yang ikhlas dan demi mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas, maka bagi para orangtua jangan terlalu hawatir akan hal-hal tersebut, karena di dunia ini masih banyak guru-guru yang berkualitas dan bertanggung jawab akan tugasnya sebagai pencetak generasi muda penerus bangsa yangberkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H