Mohon tunggu...
Ucu Sri Hartini
Ucu Sri Hartini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Farmasi di Universitas Al Ghifari Bandung

-

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Cegah Stunting Sebelum Genting: Penting untuk Kenali Penyebab Tingginya Kasus Stunting di Kota Bandung

22 Mei 2024   20:13 Diperbarui: 23 Mei 2024   08:57 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi penelitian pada kegiatan posyandu. Bandung, Februari 2024.

Stunting atau anak pendek berdasarkan umur menjadi salah satu indikator kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan asupan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pencegahan stunting sebetulnya dapat dilakukan pada masa awal kehamilan dengan menerapkan pola makan yang seimbang dan gaya hidup sehat pada ibu hamil. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan zat besi selama kehamilan karena bisa mencegah terjadinya anemia dari risiko BBLR (berat badan lahir rendah). Asupan zat besi bisa didapatkan dari konsumsi kacang-kacangan, sayuran hijau, dan daging merah juga TTD (tablet tambah darah) minimal 90 tablet selama kehamilan sesuai atau atas petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2024 di salah satu puskesmas yang berada di wilayah Kota Bandung menunjukkan bahwa kasus stunting yang terjadi masih terbilang tinggi yaitu kategori stunted (pendek) 77,8% dan severely stunted (sangat pendek) 22,2% mayoritas pada umur 49-60 bulan dan jenis kelamin perempuan.

Dokumentasi penelitian pada kegiatan posyandu. Bandung, Februari 2024.
Dokumentasi penelitian pada kegiatan posyandu. Bandung, Februari 2024.

Hasil pengamatan langsung ketika mengikuti kegiatan posyandu beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus stunting di wilayah tersebut yaitu kurangnya pengetahuan bahkan hal ini masih menjadi momok di masyarakat. Banyak ibu yang tidak menerima bahwa anaknya mengalami stunting dan tidak berkenan untuk mengikuti konseling dengan ahli gizi dari puskesmas. Selain itu ada beberapa balita yang tidak ditemani oleh orang tuanya pada saat datang ke posyandu, melainkan diantar oleh kakek/nenek/anggota keluarga lainnya. Hal ini berdampak pada tidak tersampaikannya informasi penting dari tenaga kesehatan mengenai tumbuh kembang balita tersebut. Hal penting lain yang menjadi penyebab tingginya kasus stunting adalah perilaku konsumsi tablet tambah darah saat kehamilan yang sebagian besar hanya termasuk kedalam kategori cukup yaitu 54,8%.

Daftar Pustaka:

Amalia, I. D., Lubis, D. P. U., & Khoeriyah, S. M. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 12(2), 146--154. https://doi.org/10.55426/jksi.v12i2.153

Fajrina, N., & Syaifudin. (2016). Hubungan Faktor Ibu dengan Kejadian Stunting Balita Usia 0-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Kassi Kassi Kecamatan Rappocini Tahun 2021. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, 10. http://digilib.unisayogya.a

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi Ibu Hamil. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 24. https://promkes.kemkes.go.id/pub/files/files99516TTD_BUMIL_OK2.pdf

Permenkes. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 tentang Standar Tablet Tambah Darah bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1840, 1--8.

Widyaningrum, D., & Romadhoni, D. (2018). Riwayat Anemia Kehamilan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa Ketandan Dagangan Madiun. Medica Majapahit, 10(2), 90--94. http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/MM/article/view/291

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun