Inilah kenyataan pahit yang diterima oleh umat Islam, khususnya di negeri sendiri negara Republik Indonesia, setiap ada hal yang bercitra buruk yang terkait dengan kejahatan selalu dikaitkan dengan teroris. Sementara di barisan belakang teroris berdirilah orang-orang Islam yang termasuk ke dalam panutan umat seperti ustadz, guru ngaji, santri, dll.
Sejak kejadian gedung WTC hancur di Amerika, masyarakat dunia disuntik pikirannya dengan pemahaman jihad Islam yang selalu berdampak teror dan merusak. Tulisan ini tidak akan membahas tentang siapa yang menghembuskan pemahaman ini, namun akan meluruskan lagi logika yang sudah dibolak-balik dengan seenaknya tentang Islam.
Mari kita lihat kasus yang sedang hangat yakni perampokan bank CIMB di Medan. Polisi menemukan bukti yang mengarah kepada teroris, alur logikanya adalah para perampok bank memegang senjata AK dengan terampil dilihat dari cara memegang senjatanya, yang berarti para pemegang senjata yang terlatih tersebut adalah teroris. Ini adalah salah satu alur logika yang dibolak-balik dan dipaksakan supaya ujung-ujungnya jihad Islam. Padahal logika yang betul adalah orang-orang yang terlatih memegang senjata AK dengan baik dan benar tentu saja tentara dan polisi bukan orang awam. Sementara asumsi sementara perampok adalah orang awam. Dengan demikian jika ada analisa bahwa para perampok terampil memegang senjata berarti kesimpulannya perampok itu adalah tentara atau polisi. Inilah logika yang benar.
Kesalahan logika lain yang dipakasakan adalah polisi membuat skenario bahwa teroris meresahkan masyarakat dengan teror-terornya. Sampai disini logika ini masih benar. Namun ketika logikanya diteruskan bahwa dibalik teroris tersebut adalah jihad Islam, inilah logika yang selalu dipaksakan. Kalau kita bahas logika ini tentu saja tidak masuk kedalam logika normal manusia.
Sekarang negara Indonesia ini adalah negara damai yang di dalamnya terdapat pemerintahan yang sah, rakyatnya dari dulu ada yang kaya dan miskin baik yang beragama Islam maupun non Islam. Kerukunan agamanya pun relatif tetap terjaga. Sementara ajaran Islam sendiri adalah ajaran yang damai yang mengesakan Tuhan secara absolut dan meniru setiap langkah Nabi Muhammad dalam beribadah kepada Tuhannya dan berperilaku di dunia. Kemudian jika ada orang Islam yang ingin membuat teror di Indonesia lantas apa tujuannya, apa manfaatnya. Tentu saja alur logika ini tidak nyambung jika polisi selalu mengaitkan aksi teroris dengan ajaran Islam yang dilakukan di Indonesia yang penuh damai ini. Aneh kan ...
Kemudian faktanya sekarang perampokan bank CIMB dan kejadian-kejadian teror berikutnya sudah dipastikan para pelakunya itu teroris dan tentu saja jihad Islam. Inilah yang membuat polisi merasa benar dengan menuduh jihad Islam itu adalah teroris. Padahal para polisi yang menuduh itu sudah dipastikan sebagian besar beragama Islam. Orang Islam menuduh orang Islam lain jadi teroris. Ya Allah skenario apa lagi yang sedang Engkau buat ...
Jika kita hidup normal dan berlogika secara normal, sudah dipastikan orang Islam tidak akan berjihad dengan cara merampok bank. Inilah yang harus menjadi landasan utama kita dalam menyikapi kejadian yang menghebohkan perampokan bank CIMB yang berujung kepada teroris yang sedang berjihad. Bagi para pembaca silahkan berlogika bahwa semua ini ada yang membuat skenario jahat untuk menyudutkan Islam dan tentu saja ada tujuan politik lain di negeri damai Indonesia ini.
Lantas pertanyaan terakhir, sampai kapan Islam jadi teroris?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H