Mohon tunggu...
Uci Masruroh
Uci Masruroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Sesulit apapun pelajaran, jangan pernah meragukan potensimu sendiri :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Fenomena Kelompok Sosialita

22 April 2022   22:40 Diperbarui: 22 April 2022   22:48 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di dalam kehidupan individu pasti akan mengharuskan kita untuk dapat berbaur dan melakukan interaksi sosial, lama kelamaan perkumpulan individu membuat kelompoknya sendiri. Dari sekian banyaknya kelompok kali ini saya akan membahas tentang kelompok sosialita.  

Banyak kelompok sosial yang berada di lingkungan sosial kita dengan kriteria yang berbeda. Kelompok sosial memiliki latar belakang dan kepentingan yang berbeda-beda. Salah satu latar belakang kelompok sosial adalah tingkat kekayaan yang dimiliki. Kelompok sosial dengan latar belakang ini sering kita dengar dengan istilah kaum sosialita yang biasanya dipenuhi dengan anggota ibu-ibu yang memiliki kekayaan yang melimpah dengan simbol barang bermerk yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Secara harfiah sosialite adalah kata yang di serap dari bahasa amerika berasal dari kalimat social sebagai arti suka memperhatikan kepentingan umum ( suka menolong, jiwa sosial dan sebagainya), dan elite ini orang orang terpandang atau berderajat tinggi ( bangsawan, cendikiawan dan sebagainya ). Sehingga dapat di artikan bahwa sosialita adalah sekelompok individu yang memiliki derajat tinggi yang peduli dengan orang lain khususnya yang tidak mampu. Menurut merriam webster istilah ini mulai digunakan sejak tahun 1928. 

Sosialita adalah seseorang yang berasal dari keluarga bangsawan yang berpastisipasi dalam kegiatan sosial dang menghabiskan sejumlah besar waktunya menghibur dan dihibur di acara acara kelas atas modis. Sosialita telah menggunakan keterampilan sosial mereka dan koneksi untuk mempromosikan dan menggalang dana untuk kegiatan amal, berbagai sosialita kontemporer termasuk orang yang di buat oleh media dianggap oleh media untuk memiliki ketenaran tertentu seperti selebritis. 

Seiring perkembangan kehidupan di masyarakat dengan perubahan sosial yang terjadi, status sosialitas sudah mengalami perluasan makna. Pengunaan sosialita tidak hanya di berikan kepada kaum bangsawan atau keluarga kerajaan saja, akan tetapi pemakaian kata ini sudah digunakan kepada pengusaha sukses, keluarga pejabat, bahkan selebriti. Kendati penggunanaan status sosialita sudah meluas keberbagai lemen masyarakat yang pantas untuk menerimanya, akan tetapi hal utama untuk bisa di katakan sosialita adalah konstribusi sosial bagi masyarakat.

 Jika kita bandingkan dengan makna sosialita jaman dulu dengan saat ini terdapat perbedaan yang telah menyimpang. Sebagai seorang sosialita, banyak kriteria yang harus dimiliki oleh orang tersebut. Jika melihat pengertian dahulu, sosialita diperuntukan bagi orang yang super kaya dan menggunakan kekayaan yang dia miliki untuk berbagi ke sesama dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Di masa sekarang ini sosialita cenderung dilihat sebagai kelompok orang yang hidup berfoya-foya, menghabiskan-habiskan uang, dengan gaya hidup yang fantastis dan saling mempertahankan gengsi dengan barang-barang mahal saat pertemuan diantara mereka. Dalam pergeseran maknanya mereka yang tergolong kaya dan menggunakan kekayaannya hanya untuk pamer kemewahan dan arisan duit semata.

Sehingga dari pemahaman tersebut membuat sosialita di pandang sebelah mata, hal ini di karenakan gaya hidup yang di jalani sebatas untuk mendapatan pengakuan atas kekayaannya, untuk membangun citra diri yang semu. Gaya hidup yang yang tak sesuai kemampuan kemudian mendorong seseorang untuk cenderung mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara, hanya ingin mendapatkan kenyamanan yang semu. Kalangan ini tidak mampu hidup dalam kenyamanna dan menjaddimanusia yang tak bertumbuh. Sehingga yang ada di pikiran hanya sebatas sepatu mahal, tas mahal, mobil mewah, perhiasan banyak, arisan jutaan rupiah dan kemewahan. Tentu hal ini telah mendobrak citra sosialita yang sebenarnya. 

Kegiatan-kegiatan sosialita dengan standar hidup yang tinggi menimbukan opini baru ditengah masyarakat bahwa komunitas tersebut mengalami pergeseran makna, seperti yang diungkapkan oleh Mead (1931) masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan yang terorganisir, oleh sebab itu masyarakat dapat membentuk pemikiran sendiri berdasarkan realitas yang ada. Semua orang mengira bahwa seseorang yang memiliki harta berlimpah dan selalu hidup berfoya-foya bisa disebut sosialita. Di luar negeri seperti wilayah Eropa dan juga Amerika, golongan sosial lebih kepada keluarga atau seseorang kaya raya yang suka berkecimpung dalam dunia sosial yang bertujuan untuk membantu banyak orang yang berekonomi sulit atau yang membutuhkan bantuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun