Mohon tunggu...
fauziah amin
fauziah amin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ular Laut: Tampilan Oke Namun Membunuh

18 Oktober 2015   20:16 Diperbarui: 29 Oktober 2015   18:57 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai tugas kelompok dari dosen Sukamto S. Mamada, S.Si., Apt

 

Kelompok 5

  1. Darmayadi Danduru (N111 13 001)
  2. Apriani (N111 13 022)
  3. Ratna Dwi Pujiarti (N111 13 057)
  4. Erma Yuliastiana (N111 13 072)
  5. Delvi Delianti (N111 13 315)
  6. Mustika (N111 13 501)
  7. Asmi Utami Anugrah (N111 13 527)
  8. Fauziah Amin (N111 14 336)

 

ULAR LAUT: TAMPILAN OKE NAMUN MEMBUNUH

Setiap tahunnya, serangan hewan beracun atau berbisa yang mematikan selalu menimbulkan ribuan kematian di seluruh dunia. Di antara banyaknya binatang beracun ini yang manakah yang paling mematikan? Berikut ini 10 contoh hewan paling beracun dari berbagai belahan dunia

Sebelumnya, tahukah anda perbedaan antara beracun dan berbisa?

Nah, jadi perbedaan hewan beracun dan hewan berbisa itu, kalau hewan beracun adalah hewan yang hanya dapat menyampaikan racun mereka jika disentuh atau dimakan, sedangkan hewan berbisa adalah hewan yang racunnya langsung disuntikkan dengan cara sengatan, gigitan dan sejenisnya. Namun karena kata beracun sudah sangat umum maka kata itulah yang digunakan untuk melingkupi keseluruhan hewan berbisa dan beracun secara umum.

  1. Sydney Funnel-Web Spider
  2. Puffer Fish/ikan fugu
  3. Poison Dart Frog/Katak Panah Beracun
  4. Sea snake/ular laut
  5. King Cobra/ular kobra
  6. Stonefish/ikan karang
  7. Brazilian Wandering Spider/laba-labar
  8. Blue Ringed Octopus/gurita cincin biru
  9. Box Jellyfish/ubur-ubur kotak
  10. Platypus (Ornithorhyncus anatinus)

Figure 1 Principal sites of action of animal toxins.

            Pada pembahasan artikel kali ini, dari ke-10 jenis hewan beracun diatas kami akan membahas lebih umum mengenai ular dan khususnya menganai ular laut.

  • ULAR (SNAKE)

Dari 2.900-3.000 spesies ular yang tersebar diseluruh dunia, diperkirakan sepertiganya adalah ular berbisa. Jenis ular berbisa pada umumnya termasuk dalam Suku Elapidae, Viperidae, Hydrophiidae dan Colubridae (O’Shea 1996, Boulenger 2000, Zug et al. 2001).

  1. Famili Elaphidae, semua jenis ular yang tergolong dalam famili ini merupakan jenis-jenis ular berbisa. Panjang tubuh bervariasi dari 30 – 400 cm. Sisik lingkar tubuh tengahnya antara 15-23 sisik. Memiliki taring bisa yang ukurannya tidak terlalu besar terletak di rahang atas bagian depan. Taring tersebut kaku dan tidak bisa digerakkan. Di bagian depan taring terdapat lubang saluran tempat bisa di keluarkan. Ular bertipe gigi seperti ini sangat berbahaya karena bisanya tergolong racun syaraf (neurotoksin). Termasuk famili elaphidae adalah ular kobra dan ular welang
  2. Famili Viperidae kelompok jenis-jenis ular berbisa kuat dengan gigi (taring) bisa bersifat hemotoksin (racun yang merusak sel darah). Gigi taring berukuran besar terletak di rahang atas bagian depan. Gigi taring tersebut dapat di lipat ke belakang ketika mulut tertutup dan dapat di gerakkan ke depan ketika ular hendak menyerang mangsanya. Ciri khas ular viperidae adalah memiliki kepala yang umumnya berbentuk segi tiga. Ular viperidae umumnya berukuran kecil dan berwarna coklat atau kelabu, sehingga seringkali sukar untuk dilihat. Termasuk ular viperidae adalah ular tanah atau ular bandotan puspo atau ular gibuk.
  3. Famili Hydrophidae, kelompok jenis-jenis ular laut. Berbeda dengan ular-ular teresterial yang bentuk tubuhnya gilig, bentuk tubuh dan ekor ular laut memipih secara vertical (vertically compressed) seperti ikan. Bentuk tubuh dan ekor tersebut merupakan adaptasi agar dapat bergerak dengan mudah di air. Lubang hidung (nostril) terletak di bagian atas dan memiliki selaput penutup yang berguna ketika menyelam. Jenis-jenis ular Hydrophidae memiliki racun yang sangat kuat dan berbahaya.
  4. Famili Colubridae, jenis-jenis ular yang tidak berbisa hingga berbisa lemah. Panjang tubuh bervariasi setiap spesiesnya antara 1-2 m. Sebagian besar anggotanya tidak bergigi bisa, hanya sedikit yang memiliki gigi bisa. Gigi (taring) berukuran kecil, susah dibedakan dengan gigi-gigi lain, terletak di rahang atas bagian tengah. Jumlah sisik lingkar tubuh tengah kurang dari 30 sisik. Ekor umumnya silindris. Kebanyakan ular yang kita jumpai adalah dari jenis-jenis colubridae.

Beberapa jenis ular berbisa di Indonesia antara lain dari suku Elapidae (ular krait, ular laut) seperti jenis Bungarus candidus, B. fasciatus, Acanthophis antarcticus, A. rugosus, Micropechis ikaheka, Oxyuranus Fauna Indonesia Vol 12 (2) Desember 2013: 6-23 7 scuttelatus, Pseudechis papuanus, P. australis, Ophiophagus hannah, Naja sputatrix, N. sumtrana, Laticauda colubrina, L. laticauda. Famili Viperidae antara lain Daboia russelii, D. siamensis, Calloselasma rhodostoma, Trimeresaurus a. albolabris, T. popeiorum, T. fasciatus, Tropidolaemus wagleri, Ovophis monticola convictus, sedangkan famili Hydrophiidae yang terbagi subfamili Ephalophiinae (thick sea-snakes) misalnya Aipysurus duboisii, A. laevis, A. eydouxii, Hydrelaps darwninensis, Emydocephalus annulatus, dan Parahydrophis mertoni sedangkan subfamili Hydrophiinae (flat sea-snakes) seperti Astrotia stokesii, Enhydrina schitosa, E. zweifeli, Hydrophis atriceps, H. elegans, H. gracilis, H. vorisi, Lapemis curtus, dan Pelamis platurus (Supriatna, 1981; O’Shea, 1996; Warrell, 2010; Kartikasari et al., 2012).

Figure 2 Snake fangs and venom
  • ULAR LAUT (SEA SNAKE)

Ular laut biasanya hanya hidup di lautan tropis, utamanya di Samudra Hindia bagian tengah dan utara serta bagian barat Samudra Pasifik. Mayoritas jenis dan populasi terbanyak terdapat di wilayah Benggala, seluruh perairan di Indonesia dan Filipina, perairan Australia utara dan timur, dan perairan Ocenia (Indo-Australia), khususnya di wilayah laut koral yang memiliki terumbu karang terbesar dan terpanjang di dunia

Figure 3 Anatomy of snake

Bisa ular laut sangat kuat karena memiliki kekuatan 60 kali bisa ular kobra (bahkan ada ular laut yang kekuatan bisanya mencapai 700 kali ular kobra) dan mengandung enzim-enzim perusak seperti layaknya jenis-jenis ular elapidae. Meskipun memiliki racun sangat sangat kuat, ular laut jarang menggigit manusia dikarenakan mulutnya yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis ular lainnya. Biasanya manusia akan tergigit ular laut di daerah ujung jari. Ular ini tidak dapat menggigit manusia di lengan, kaki, atau bagian tubuh lainnya karena mulutnya yang kecil tersebut. Meskipun demikian, ular laut tetap merupakan ancaman bagi para nelayan dan penyelam karena racunnya yang sangat kuat. Pada beberapa kasus gigitan ular laut pada seorang penyelam, penyelam yang berusaha memegang dan tergigit oleh ular laut dapat mengalami kegagalan fungsi jantung dan meninggal sebelum sempat mencapai permukaan air. Walaupun sebenarnya kita tidak perlu takut berlebihan terhadap ular laut, akan tetapi kita perlu tetap waspada pada saat berada di pantai, memancing, atau menyelam

Beberapa jenis ular laut yang penting dan menyebabkan kasus gigitan ular berbisa di wilayah Asia Tenggara diantaranya H. fasciatus, H. cyanocinctus, E. schistosa, L. curtus, dan P. platurus (Warrell, 2010). Pada jenis ular laut yang berbisa seperti dari genus Laticauda dan Hydrophiinae kebanyakan mengandung ‘short-chain’ dan ‘long-chain’ post-synaptic neurotoxins, misalnya erabutoxins ditemukan pada bisa ular Laticauda spp. (Guinea et al., 1983)

Aipysurus laevis, jenis ular laut ini banyak mengandung neurotoksin (toxins Aipysurus laevis-a, -b dan -c), dan enzim PLA2 (Maeda & Tamiya, 1976; Ducancel et al., 1988), dan juga mengandung senyawa yang bersifat miotoksik dan nefrotoksik yang dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal (Ryan & Yong, 1997; Ryana & Yong, 2002)

Acalyptophis peronii atau bisa dikenal sebagai “Le spiny-headed seasnake, Peron's sea snake atau horned sea snake, merupakan salah satu jenis ular laut yang berbisa kuat. Spesies ular laut ini memiliki duri dikepalanya dan memiliki penyebaran yang cukup luas seperti terdapat di teluk Lailand, Vietnam, laut Cina selatan, pesisir pantai Guangdong dan selat Taiwan, Philippines, Indonesia, New Caledonia, Papua New Guinea, dan Australia.

Jenis E. schistosa mengandung bisa yang memiliki aktivitas neurotoksik (Carey & Wright, 1960; Gawade & Gaitonde, 1982a). Ular laut ini banyak mengandung toksin dengan aktivitas myotoksik dan menyebabkan kerusakan pada ginjal (Lind & Eaker, 1981; Gawade & Gaitonde, 1982b).

 Jenis-jenis bisa ular:

  1. Neurotoksin, racun atau bisa syaraf. Racun ini menyerang sel-sel dan jaringan syaraf. Kematian korban biasanya disebabkan adanya kelumpuhan di bagian alat pernapasan dan rusaknya pusat syaraf (otak).
  2. Hemotoksin, racun atau bisa yang menyerang sel-sel darah dan sistem sirkulasinya. Di dalam hemotoksin terdapat enzim proteolitic yang mampu memecah protein darah dan menyebabkan terjadinya penggumpalan darah. Selain itu juga terdapat enzim hyaluronidase yang menyebabkan rusaknya jaringan.
  3. Kardiotoksin, racun atau bisa yang menyerang otot jantung. Bisa ular yang mengandung kardiotoksin akan segera masuk ke aliran darah dan menuju jantung dan merusak otot-otot jantung, sehingga korban akan mati akibat detak jantungnya yang berhenti seketika.
  4. Myotoksin, racun atau bisa yang menyerang otot-otot tubuh. Korban yang terkena bisa myotoksin akan menyebabkan otot-otot tubuhnya kejang. Beberapa jenis ular seperti dari famili Elaphidae umumnya memiliki tipe neurotoksin, tetapi pada kobra dan ular-ular laut selain neurotoksin juga mempunyai bisa hemotoksin dan kardiotoksin. Sedangkan famili Viperidae umumnya memiliki bisa hemotoksin.

 Penatalaksanaan

Terapi yang dilakukan terbagi menjadi tata laksana di tempat gigitan dan di rumah sakit. Tata laksana di tempat gigitan termasuk mengurangi atau mencegah penyebaran racun dengan cara menekan tempat gigitan dan imobilisasi ekstremitas.

Di rumah sakit diagnosis harus ditegakkan dan segera pasien dipasang dua jalur intravena untuk memasukkan cairan infus dan jalur yang lain disiapkan untuk keadaan darurat. Segera dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti darah perifer lengkap, PT, APTT, fibrinogen, elektrolit, urinalisis dan kadar ureum serta kreatinin darah. Pasien diberikan suntikan toksoid tetanus dan dipertimbangkan pemberian serum anti bisa ular. Pengukuran pada tempat gigitan perlu dinilai untuk mengetahui progresivitasnya

Fasciotomy dilakukan bila ada edem yang makin luas dan terjadi compartment syndrome (keadaan iskemik berat pada tungkai yang mengalami revaskularisasi dan menimbulkan edem, disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan keadaan hiperemia). Pada semua kasus gigitan ular, perlu diberikan antibiotik spektrum luas dan kortikosteroid, meskipun pemberian kortikosteroid masih diperdebatkan.

Di Amerika hanya terdapat 3 anti bisa yang diproduksi dan disetujui oleh FDA, yaitu antivenim polyvalen crotalidae, antivenon untuk coral snake (Elapidae) dan antivenon untuk black widow spider.

Pada tahun 2000 bulan Desember terdapat produk baru yaitu Crotalinae Polyvalent Immune Fab (ovine) antivenon yang berasal dari serum domba. Serum Fab ini ternyata lima kali lebih poten dan efektif sebagai anti bisa dan jarang terdapat komplikasi akibat pemberiannya

Berbagai gejala gigitan ular mulai dari gejala yang ringan sampai berat sering dialami oleh korban. Hal inilah yang akhirnya membuat ular-ular sering ditakuti, dianggap sebagai ancaman dan akhirnya dibunuh. Padahal di sisi bisa ular memiliki berbagai manfaat dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber senyawa bioaktif potensial untuk bahan baku obat. Berbagai studi menunjukkan bahwa senyawa bioaktif dan turunannya yang diisolasi dan disintesis dari bisa ular telah banyak dibuktikan memiliki aktivitas farmakologis yang luas dan efektif dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti tumor, kanker, hipertensi, diabetes, kelainan-kelainan hemostatis, HIV/AIDS dan lain-lain.Perkembangan penelitian dan teknologi yang semakin meningkat memungkinkan akan didapatkan senyawa-senyawa potensial yang dapat dijadikan bahan baku obat untuk pemenuhan kebutuhan obat bagi masyarakat.

 

Daftar Pustaka

  1. Karalliedde L. 1995. British Journal of AnaesthesiaReview Article Animal Toxin.; 74: 319-327
  2. Ari, Anton. 2010. Mengenal satwa. Jakarta. Conservation International Indonesia
  3. Prihatini, dkk. 2007. Penyebaran Gumpalan Dalam Pembuluh Darah (Disseminated Intravascular Coagulation) Akibat Racun Gigitan Ular (Dic/Disseminated Intravascular Coagulation Caused By Venom Snake Bite). Surabaya : Universitas Airlangga
  4. Aedeagus drosophilid. 2013. Fauna Indonesia. Jakarta : Masyarakat zoologi Indonesia
  5. Latif, Abdul. Dkk. 2003. Gigitan Ular Berbisa Vol 5 No. 3. Jakarta : PPDS Ilmu Kesehatan Anak FKUI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun