Desa wadas berada di bagian tengan Kec. Bener, Kab. Purworejo, Jawa Tengah. Desa wadas berbatasan langsung dengan desa Kaliurip, Kaliwader, Kedungloteng, Bleber, Pekacangan, Cacabankidul, serta Cacabanlor yang letaknya di dataran perbukitan dan lembah dengan ketinggian 213-258 mdpl. Desa ini terkenal sebagi desa dengan pengelolahan masyarakat dan sumber daya yang baik. Dapat diketahui, Desa Wadas menjadi target lokasi penambangan batu andesit untuk kepentingan proyek bendungan yang memiliki nilai sebesarer Rp 2, 06 triliun. Bendungan tersebut akan masuk ke dalam proyek strategis nasional dan diperkirakan nantinya akan menjadi bendungan tertinggi di Asia Tenggara. Bendungan akan menampung kurang lebih 100 juta meter kubik air untuk menopang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebagai sistem jaringan energi Kabupaten Purworejo.
Pertambangan adalah kegiatan ekonomi yang menyediakan sumber daya untuk berbagai industri. Namun, sering datang dengan biaya degradasi lingkungan dan gangguan sosial. Desa Wadas di Jawa Tengah menjadi salah satu titik fokus perdebatan yang sedang berlangsung karena dampak pertambangan pada masyarakat lokal. Salah satu dampak lingkungan utama yang terkait dengan pertambangan di Wadas adalah dampak lingkungan pada ekosistem sekitarnya. Pertambangan terbuka, metode umum yang digunakan di daerah ini melibatkan ekstraksi mineral dari permukaan bumi yang menyebabkan deforestasi dan penghancuran habitat. Operasi pertambangan sering melibatkan penggunaan bahan kimia dan mesin berat, yang dapat menyebabkan polusi air dan degradasi tanah. Pembuangan air limbah yang tidak diproses dari kegiatan pertambangan dapat menginfeksi sungai dan sungai terdekat, mempengaruhi kehidupan air dan komunitas yang bergantung pada sumber air untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Akumulasi logam berat di tanah juga dapat mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian, yang berdampak pada kelangsungan hidup petani local. Peningkatan kepadatan penduduk menempatkan tekanan pada infrastruktur lokal, seperti sekolah, fasilitas kesehatan, dan perumahan, menyebabkan sumber daya yang tertekan dan layanan yang tidak memadai untuk penduduk setempat. Selain itu, kedatangan perusahaan pertambangan sering menyebabkan konflik atas kepemilikan tanah dan pengusiran komunitas pribumi. Banyak penduduk Wadas bergantung pada pertanian untuk hidup mereka, dan kegiatan pertambangan dapat menyusup ke lahan pertanian mereka sehingga mengancam sumber pendapatan dan keamanan pangan mereka.
 Dalam beberapa kasus, perusahaan pertambangan memprioritaskan keuntungan atas kesejahteraan komunitas lokal, yang mengarah pada eksploitasi dan manfaat ekonomi minimal bagi orang-orang di daerah. Banyak operasi pertambangan di Wadas dioperasikan oleh perusahaan besar, yang sering outsourcing tenaga kerja dan layanannya meminimalkan peluang kerja bagi penduduk setempat. Kasus pertambangan di Wadas menyoroti kebutuhan untuk pendekatan seimbang yang mempertimbangkan pengembangan ekonomi dan konservasi lingkungan. Hal itu sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Karen kesejahteraan masyarakat itu nomer satu, meskipun hasil tersebut dapat memperbaiki ekonomi Negara, tetapi Negara juga harus tau kebutuhn dan dampak dari proses penambangan, serta tidak melakukan kekerasan terhadap warga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H