Mohon tunggu...
Uci Junaedi
Uci Junaedi Mohon Tunggu... Administrasi - SocialMedia

Social Media Businnes Service

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mitos Mengenai Tol Cipali

11 Juli 2015   09:21 Diperbarui: 11 Juli 2015   09:21 3798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan banyaknya berita kecelakaan di jalan tol Cipali, banyak nya kecelakaan ini kemudian dikaitkan dengan kurang siapnya tol cipali untuk digunakan, bahkan yang lebih lucu lagi terjadi banyaknya  kecelakaan tersebut dikaitkan dengan unsur mistik yaitu penunggu batu besar minta 100 orang korban. Dikutip dari media online cirebon trust praktisi supranatural terkenal asal Cirebon, Ustad HM. Ujang Busthomi mengatakan, bahwa target dari jin penunggu tersebut adalah 100 nyawa, pasalnya makhluk astral di tempat itu merasa terganggu akibat rumahnya dirusak, karena aktivitas pembangunan jalan tol Cipali. “Batu Bleneng tersebut adalah tanda bahwa Syeikh Quro pernah berdakwah disitu. Jin penunggu Batu Bleneng adalah anak buah Syeikh Quro, yang tidak terima rumahnya dirusak, hingga ada jin yang mati. Disitu adalah kerajaan bangsa jin yang wilayahnya hingga Karawang. Bangsa jin tidak terima dan akan balas dendam dengan target 100 nyawa,”

Di samping itu juga ada beberapa pihak yang menyatakan bahwa jaln tol cipali itu masih belum layak digunakan karena banyak rampu-rampu yang belum terpasang, infrastruktur penunjang jalan tol dan kontur tanah yang belum stabil.

Terlepas dari polemik dan mitos mengenai tol cipali tersebut, penulis sendiri sudah membuktikan dengan melakukan ekplorasi mengenai kesiapan tol cipali ini untuk digunakan khususnya untuk arus mudik tahun ini. Pada hari sabtu yang lalu penulis yang tergabung dalam rombongan eksplorasi tol cipali bersama kompasiana dan kementrian PUPR telah membuktikan bahwa kesiapan jalan tol Cipali ini sudah hampir 85% siap digunakan, yang tersisa hanyalah pembangunan infrastruktur penunjang seperti rest area yang terus dibenahi baik dari sisi kenyamanan serta keamanan, rambu-rambu hampir semua terpasang tinggal ada beberapa titik yang belum ada, dari segi penerangan mungkin ini yang masih kurang. Dari segi kontur jalan memang ada jalan yang beraspal dan ada jalan yang masih dalam beton sambungan, hal ini karena tidak semua kontur tanah sama sehingga jalan menyesuaikan bagaimana keadaan tanah tersebut.

[caption caption="infrastruktur rest area yang msh dalam taraf pembangunan"]

[/caption]

 

[caption caption="kondisi jalan yang begitu mulus"]

[/caption]

Tol Cipali ini adalah bagian dari jaringan jalan tol Trans Jawa yang menghubungkan dua kota besar di Indonesia yaitu Jakarta dan Surabaya, jalan Tol Cipali ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 15 Juni 2015. Menjelang arus mudik 2015 pemerintah telah menyelesaikan serta meresmikan penggunaanya dua ruas jalan tol yang merupakan bagian dari Tol Trans-Jawa yakni jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) dan Gempol-Pandaan.  Adanya ruas tol Cipali ini maka impian jaringan tol trans Jawa segera terwujud, saat ini Merak, Banten ke Pejagan Jawa Tengah telah tersambung dengan jalan Tol. Dibukannya jalan tol Cipali ini tentunya memberikan pilihan alternative untuk pemudik serta menambah lajur jalan bagi kendaraan yang lebih besar lagi, sehingga dengan beroperasinya tol ini diharapkan bisa melancarkan arus lalu lintas saat mudik dan tentunya akan berdampak yang cukup signifikan untuk menekan kepadatan di wilayah pantura sekitar 40% selama musim mudik.

Banyaknya kecelakaan di Tol Cipali itu biasanya karena human error, pengemudi merasa terlena dengan halusnya jalan di tol cipali sehingga mengendarai kendaraannya lebihd dari 100 km/jam, sedangkan direkomendasikan untuk melaju kendaraan tersebut tidak lebih dari 100 km/jam. Adapun mengenai mitos penunggu batu besar tersebut masih perlu dibuktikan. Tetap berhati-hati jangan terlena dan perbanyak berdoa.

Salam Kompasiana  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun