Selama menunggu pemberangkatan kereta rel listrik (KRL) alias commuter Line arah Serpong, hari ini Rabu, 6 November 2019, saya terheran heran.Â
Kereta di siang bolong menjelang pukul 11.00 masih melompong di Stasiun Tanah Abang, namun di tiap ujung kursi, tempat duduk favorit saya, selalu sudah ada terisi penumpang.Â
Sempat saya telusuri dua gerbong, posisi favorit itu sudah diduduki para perempuan yang berbahasa tubuh lelah, menyender, mencoba tidur, dan seragam membawa keranjang-keranjang besar kosong, atau paling tidak keresek-keresek lusuh, entah apa isinya.Â
Mereka mengambil posisi itu untuk memudahkan keranjang mereka dari jangkauan, dengan cara menyimpannya dekat pintu kereta.
Rasa penasaran saya terjawab. Saya beruntung, di Stasiun Palmerah, seorang perempuan berbaju dan berkerudung merah duduk di sebelah saya.Â
Dia meletakkan keranjangnya di dekat pintu masuk kereta, di sebelah keranjang milik perempuan yang tertidur di depan saya. Maka berceritalah dia dengan sukarela, setelah sebelumnya meyakinkan saya bahwa dia senang mendapat teman berbincang, dan tidak keberatan tidak tidur di kereta demi rasa ingin tahu saya.
Dia asli Maja, tepatnya dari kampung Sempureun, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Aktivitasnya sudah sejak pukul 3 dini hari. Menyiapkan barang dagangannya, untuk kemudian bergegas mencegat KRL yang melintas pertama pukul 4.26.
Dua keranjangnya berisi dua jenis barang dagangan. Satu keranjang Peuyeum (Tape Singkong), keranjang lainnya sarat dengan aneka jenis Pisang.Â
Barang dagangannya ini akan dijajakannya di pasar Pamerah, Jakarta Barat. Â Tepat di bawah tangga naik di pasar tersebut, dia mendapat lapak itu dari teman sekampungnya, yang juga sama sama berdagang di sana.