Mohon tunggu...
Nikmatu Uchria
Nikmatu Uchria Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah sebutir padi yang mencoba memberikan penghidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tapak Sriwedari

8 September 2014   04:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:21 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melewati putihnya jalan Gading dan hiruk pikuknya

Selendang itu menyentuh hitam legamnya aspal

Motif Kawung yang mencerminkan ketenteraman, kau kenakan membalut tubuh

Memang tak semua menutup, tapi itulah yang kau mau

Langkahmu terhenti di tanah lapang dengan pohon kembar

Beringin sakral dengan pagar putih, sangat bersih

Kau mengibaskan serpihan tanah yang menempel malu-malu

Perlahan kakimu menaiki gedung dengan altar putih nan luas

Siti Hinggil... Disitulah kau akan menari

Bercerita tentang laramu, tentang sukamu, tentang hidupmu

Tapak demi tapak kau tinggalkan disana

Sungguh keheningan tak terusik karenanya

Sriwedari tak akan berhenti menapakkan kakinya

Menari adalah nafas dalam hidupnya

Dia dapat bercerita melalui selendang, gemulai tubuhnya, cantik wajahnya

Namun, dia tetap perempuan yang berhati rapuh

Di tengah kemahirannya, dia menyimpan lara karena cinta

Tersakiti dan pasrah kepada takdir

Itulah nasib Sriwedari penari cantik itu

Dan kini, dia meninggalkan selendangnya untuk menjumpai Tuhannya

(140831)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun