Melewati putihnya jalan Gading dan hiruk pikuknya
Selendang itu menyentuh hitam legamnya aspal
Motif Kawung yang mencerminkan ketenteraman, kau kenakan membalut tubuh
Memang tak semua menutup, tapi itulah yang kau mau
Langkahmu terhenti di tanah lapang dengan pohon kembar
Beringin sakral dengan pagar putih, sangat bersih
Kau mengibaskan serpihan tanah yang menempel malu-malu
Perlahan kakimu menaiki gedung dengan altar putih nan luas
Siti Hinggil... Disitulah kau akan menari
Bercerita tentang laramu, tentang sukamu, tentang hidupmu
Tapak demi tapak kau tinggalkan disana
Sungguh keheningan tak terusik karenanya
Sriwedari tak akan berhenti menapakkan kakinya
Menari adalah nafas dalam hidupnya
Dia dapat bercerita melalui selendang, gemulai tubuhnya, cantik wajahnya
Namun, dia tetap perempuan yang berhati rapuh
Di tengah kemahirannya, dia menyimpan lara karena cinta
Tersakiti dan pasrah kepada takdir
Itulah nasib Sriwedari penari cantik itu
Dan kini, dia meninggalkan selendangnya untuk menjumpai Tuhannya
(140831)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H