Mohon tunggu...
Suci Angelia
Suci Angelia Mohon Tunggu... -

jejak langkah perlahan kulalui kunikmati dan kuhargai kan kujadikan harta tak ternilai...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

津 tsu 波 nami

14 Maret 2011   05:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:48 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari  Jumat tanggal 11 Maret 2011, gempa dahsyat 8,9 skala Ricther mengguncang Jepang yang memicu tsunami. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu tsu yang artinya pelabuhan dan nami artinya gelombang, sehingga tsunami dapat dijelaskan sebagai perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba, Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut.

Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami (wikipedia). Luar biasa ternyata gelombang tsunami ini dan para peniliti masih terus mencari tahu apakah penyebab dari tsunami.

Masih membekas pada ingatan kita di penghujung tahun 2004 tepatnya 26 Desember 2004. Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand. Jumlah korban tewas  menurut Departemen Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa.

Diantara kehebohan tsunami , terselip berita mengenai fenomena  supermoon  yang merupakan fenomena mendekatnya Bulan ke Bumi atau disebut juga lunar perigee.  Benarkan demikian? Informasi Vivanews yang menyebutkan bahwa Badan Antariksa Ameriksa Serikat (NASA) membantah dugaan itu  dan pakar gempa dari Pusat penelitian Geoteknologi LIPI pun menganggap bahwa supermoon yang diduga bisa memicu tsunami masih diperlukan kajian ilmiah yang mendukungnya.

Penjelasan secara ilmiah sampai dengan mistik banyak tersiar di televisi. Banyak pendapat dan opini yang silih berganti terkadang membuat kita bingung. Namun tentu saja dengan banyaknya gejala-gejala alam ini, kita harus siap terhadap apapun yang terjadi. Bersikaplah tenang, waspada dan tentu saja banyak mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun